Apapun solusi yang Anda pilih terhadap kebutuhan data center Anda, baik itu meng-outsource-nya ke pihak lain seperti yang dilakukan PT. Emporium Indonesia (Gunung Sewu Group), maupun meningkatkan data center yang dimiliki dengan konvergensi seperti yang direncanakan XL Axiata, data center masa kini haruslah mampu menangani aliran data yang semakin melonjak plus berbagai tren yang hadir. Untuk itu, pada Advance Data Center Solutions Conference 2015 yang baru saja berlangsung ditawarkan sejumlah solusi yang bisa memenuhi berbagai kebutuhan data center masa kini tersebut.
“Kita juga melihat bahwa di Indonesia ini perkembangan dari data center ini sangat pesat. Dan kita juga melihat tren produk di dunia ini sudah mulai bergeser dari produk-produk server yang kita istilahnya konvensional, sekarang ini sudah mulai beralih, customer–customer mulai mencari satu produk alternatif, merek-merek alternatif di mana performance-nya lebih baik, harganya lebih kompetitif,” sebut Heryadi Kumara (Managing Director PT. Nesyer Electronic).
Di acara yang digelar oleh Avnet dan Nesyer Electronic bekerjasama dengan InfoKomputer ini, ada lima produsen yang menawarkan solusi data center-nya. Kelima produsen itu adalah Finisar, Mellanox Technologies, Adaptec by PMC, SanDisk, dan Supermicro.
Solusi yang ditawarkan oleh setiap produsen ini berbeda. Finisar menawarkan optical transceiver untuk beragam data center, mulai dari enterprise data center sampai mega data center. “Optical solution memberikan banyak hal: kecepatan, bobot, pengurangan konsumsi daya, dan banyak manfaat lainnya,” ujar Tony Pearson (Senior Director of Business Development, Finisar).
Mellanox Technologies juga menawarkan solusi interconnect yang pada acara ini fokus di storage interconnect. Ashrut Ambastha (System Engineer, Mellanox Technologies) menyorot scale-out storage yang membutuhkan interconnect berkinerja tinggi yang bisa menghubungkan berbagai storage server individualnya secara cepat.
Berbeda dengan kedua produsen di atas, Adaptec menekankan fleksibilitas yang dihadirkan storage controller-nya. Neil Cameron (Field Application Engineer, Adaptec by PMC) menyebutkan bahwa tidak ada satu solusi tunggal untuk urusan storage di data center. Oleh karena itu fleksibilitas diperlukan agar tidak terlalu banyak controller yang harus dipasang untuk beragam kebutuhan data center.
SanDisk menyorot pesatnya perkembangan prosesor dan memori utama yang tidak dapat diikuti oleh HDD (hard disk drive). Akibatnya, HDD ini sering kali menjadi bottleneck yang bisa menghambat data center memberikan peningkatan kinerja yang diperlukan sejalan dengan big data. Solusinya? SSD (solid state drive). “Kami berusaha untuk meng-align kinerja (storage) itu dengan flash memory,” ucap Joey Su (Director Sales, SanDisk).
Sementara, Supermicro fokus di foot print dengan Twin Architecture-nya. Arsitektur ini memungkinkan ruang yang ada di 1U rack untuk menampung dua server dan bukannya satu server seperti sebelumnya. Lebih lanjut, Karthikraaja (Manager, Systems Optimization Engineering, Supermicro) menjelaskan bahwa dengan Twin Architecture, selain memotong ruang menjadi setengah, Anda juga mengurangi konsumsi daya menjadi setengah.
InfoKomputer banyak menyelenggarakan acara seputar teknologi untuk para IT Profesional yang ingin memperkaya pengetahuannya. Jika Anda berminat diundang di acara InfoKomputer lainnya, silakan daftar di sini.
0 komentar: