INTEL INDONESIA: JADI TELADAN DALAM PENGGUNAAN TWITTER

 Dalam lawatannya ke Indonesia bulan Agustus 2014, Adam Bain (President of Global Revenue and Partnership, Twitter) mengutarakan pujian terhadap dua perusahaan di tanah air, Coca-Cola dan Intel Indonesia, yang sukses memanfaatkan Twitter sebagai sarana untuk terhubung dengan konsumen.
Indonesia tidak hanya dibanggakan oleh Twitter sebagai salah satu basis pengguna aktif terbanyak untuk layanannya. Negara kita ternyata juga diapresiasi karena memunyai beberapa contoh penggunaan Twitter yang bermanfaat, tidak hanya bagi personal, tetapi juga untuk pemilik bisnis.

Dalam lawatannya ke Indonesia bulan Agustus 2014, Adam Bain (President of Global Revenue and Partnership, Twitter) mengutarakan pujian terhadap dua perusahaan di tanah air, Coca-Cola dan Intel Indonesia, yang sukses memanfaatkan Twitter sebagai sarana untuk terhubung dengan konsumen.

“Intel Indonesia memiliki program Tanya Intel yang memungkinkan konsumen untuk mengajukan pertanyaan apa pun tentang teknologi yang akan dijawab dalam waktu singkat. Contoh respons cepat yang meningkatkan kepuasan konsumen ini layak dipelajari oleh merek-merek lainnya di seluruh dunia,“ kata Adam Bain dalam wawancara dengan The Jakarta Post.

Seperti apa, sih, mekanisme program Tanya Intel ini sehingga memperoleh komentar positif dari Twitter? Secara garis besar, Tanya Intel adalah program yang dijalankan Intel Indonesia di Twitter dengan ditandai tagar #TanyaIntel. Tujuan utamanya ada tiga: menciptakan awareness tentang teknologi Intel, berbagi informasi tentang teknologi Intel, dan menjalin keterikatan (engagement) dengan konsumen.
Salah satu aktivitas utama yang dilakukan pada program ini adalah tanya jawab tentang teknologi Intel. Konsumen mana pun yang me-mention @Intel_Indonesia dengan tagar #TanyaIntel akan direspons secara cepat, maksimal dalam waktu dua jam. Aktivitas ini berlangsung setiap hari, termasuk akhir pekan, mulai pukul tujuh pagi sampai tengah malam.
Dhyoti R. Basuki (Head of PR & Social Media, Intel Indonesia).
Salah satu aktivitas utama yang dilakukan pada program ini adalah tanya jawab tentang teknologi Intel. Konsumen mana pun yang me-mention @Intel_Indonesia dengan tagar #TanyaIntel akan direspons secara cepat, maksimal dalam waktu dua jam. Aktivitas ini berlangsung setiap hari, termasuk akhir pekan, mulai pukul tujuh pagi sampai tengah malam.

Aktivitas lainnya adalah mem-posting rangkaian tweet berisi fakta dan informasi yang berkaitan dengan teknologi Intel. Di ranah Twitter, sesi ini dikenal dengan Kultwit (Kuliah di Twitter).

Satu kali Kultwit umumnya terdiri dari 8 – 12 tweet yang menjelaskan satu topik, misalnya jenis-jenis prosesor Core atau meningkatkan kinerja gaming. Diharapkan, Kultwit ini akan memicu penyebaran informasi lewat retweet serta percakapan lanjutan melalui tanya jawab.

“Berkat program #TanyaIntel, Intel Indonesia pernah meraih penghargaan sebagai akun Twitter nomor tiga di dunia yang paling peduli dengan followers (Socially Devoted) pada kuartal keempat 2013 dan kuartal pertama 2014, menurut analisis Socialbakers,” ujar Dhyoti R. Basuki (Head of PR & Social Media, Intel Indonesia).

Statistik per Desember 2014 menunjukkan bahwa sepanjang kuartal ketiga 2014, akun Twitter Intel Indonesia berhasil mencapai lebih dari 6.500 retweet, 5.600 reply, 1.474 favorite, 12.000 engagement rate, dan 284.051.015 reach. Jumlah follower pun meningkat sebesar 26.800 akun atau 60,2% dari jumlah di kuartal sebelumnya.

Berbagi Tugas

Tanya Intel hanya satu dari ujung tombak aktivitas Intel Indonesia di media digital. Selain di Twitter, mereka juga eksis di Facebook sejak tahun 2009. Mereka sudah lama melihat bahwa media digital adalah media baru yang akan berperan besar di masa depan.

“Terutama di Indonesia yang memiliki tipe konsumen early adopter, selalu mencoba eksis di berbagai platform media sosial. Kami melihat ini adalah salah satu vehicle untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan konsumen,” imbuh Dhyoti.

Pihak Intel global pun telah menyusun strategi dan panduan untuk aktif di media digital. Tapi, mereka tetap memberikan kebebasan bagi kantor Intel di tiap negara untuk melakukan inisiatif digital masing-masing selama tidak melenceng dari panduan utama yang sudah dicanangkan. Bahkan, apabila ada kampanye digital di suatu negara yang sukses, kantor Intel di negara lain yang memiliki karakter audiensi atau fokus yang sama diberi kebebasan untuk mengadopsi dan melokalkan kampanye tersebut di negaranya.
Saat ini, tim digital marketing Intel Indonesia terdiri dari dua orang. Tapi, kerja mereka dibantu oleh empat digital agency, yaitu Zeno Indonesia, PT JGT, RedComm, dan Bubu, serta agency regional yang berpusat di Singapura. Cakupan kerja mereka meliputi perancangan strategi digital di Indonesia sampai eksekusi program yang dibantu oleh tim dari agency eksternal.

Saat ini, tim digital marketing Intel Indonesia terdiri dari dua orang. Tapi, kerja mereka dibantu oleh empat digital agency, yaitu Zeno Indonesia, PT JGT, RedComm, dan Bubu, serta agency regional yang berpusat di Singapura. Cakupan kerja mereka meliputi perancangan strategi digital di Indonesia sampai eksekusi program yang dibantu oleh tim dari agency eksternal.

“Untuk mempersiapkan sebuah kampanye digital, kira-kira butuh waktu sekitar satu bulan. Mulai dari briefing ke agency, brainstorming, pengajuan konsep, persetujuan dari internal, sampai eksekusi. Sebuah kampanye biasanya kami implementasikan selama 1 – 2 minggu agar audiensi tetap terikat dan tidak bosan,” papar Dhyoti.

Ia kemudian menjelaskan pembagian kerja di antara keempat agency ini. Ada yang bertugas sebagai community manager untuk Facebook dan Twitter, ada yang bertanggungjawab untuk pembuatan konten, serta ada pula yang bertugas untuk mengelola kampanye digital yang biasanya dilakukan untuk memperkenalkan suatu produk, baik produk Intel maupun produk partner Intel.

Untuk urusan community management pun masih dibagi lagi menjadi agency yang khusus menangani audiensi di segmen consumer serta yang menangani segmen IT enthusiasts/geeks. “Dua segmen ini memiliki nature yang berbeda sehingga membutuhkan engagement strategy dan content yang berbeda pula,” tukasnya.

Kita juga mengetahui bahwa Intel tidak hanya melayani segmen produk untuk consumer, tapi juga untuk enterprise. Untuk mendekati keduanya, Dhyoti menanggapi bahwa untuk strategi di media sosial, Intel Indonesia masih berfokus pada produk consumer seperti PC, notebook, dan perangkat mobile. Namun, informasi mengenai enterprise seperti data center, cloud, dan sebagainya juga tetap mendapat porsi untuk disisipkan sebagai bagian dari kisah kepemimpinan teknologi dari Intel.

Dalam mengukur keberhasilan setiap aktivitas digital, Intel Indonesia menggunakan parameter berupa penambahan fans/followers yang diperoleh serta pencapaian tingkat reach dan engagement.

Di kawasan Asia Pasifik dan Jepang, Facebook Fanpage Intel Indonesia merupakan laman Facebook dengan fans terbanyak nomor dua dengan 1,4 juta fans. Intel Indonesia juga diakui sebagai negara pertama di Intel yang aktif melakukan brand play (kerja sama promosi) dengan pabrikan global maupun lokal saat mereka meluncurkan produk baru berbasis Intel.

“Untuk mencapai prestasi tersebut, kami harus selalu kreatif dalam membuat konten atau kampanye yang bisa membuat kami engage dan berinteraksi dengan berbagai macam tipe audiensi sehingga mereka memiliki relevansi untuk terus mengikuti perkembangan Intel,” Dhyoti menyatakan.

Tak lupa, ia menambahkan bahwa walaupun di era digital marketing seperti ini, strategi pemasaran secara konvensional tetap jangan ditinggalkan. Kedua strategi harus saling melengkapi sehingga awareness suatu merek atau produk akan tetap terjaga dari semua platform komunikasi dan jalur pemasaran yang ada.