Seorang karyawan Tata Usaha dan salah satu dosen yang mengajar di Universitas Ibn Khaldun menjelaskan tata cara pengisian FRS (Form Rencana Studi) waktu itu, tepatnya sebelum masuk awal pekuliahan Semester 1. Ada salah satu point yang disampaikan, yang membuat saya berfikir ulang mengenai plan jangka pendek saya kedepan, pointnya :
“ Kalian bisa pindah ke kelas Karyawan, dengan syarat dan hanya boleh satu kali perpindahan”
Beberapa minggu berlalu selama saya mengikuti perkuliahan Semester 1, saya sempat berbincang dengan salah seorang teman ditengah perjalanan menuju Masjid kampus untuk sholat Dzuhur, dia sempat menanyakan apa rencana saya, spontan saya hanya menjawab “Minimal semester 3 gw harus kerja, maksimal semester 5 lah … “.
Suasana perkuliahan Semester 2 yang buruk, jenuh, dan memasuki libur semester genap. Anak-anak lain sudah sibuk rapat-rapatan mengenai Ta’aruf (OSPEK) dan Tadabur Alam yang akan dilaksanakan untuk menyambut dan membalaskan dendam kepada para MaBa (Mahasiswa Baru). Tidak bisa dipungkiri, OSPEK dinegeri ini lebih menitik beratkan untuk membalaskan dendam yang diterima dari Senior kepada para Junior. Bagaimana dengan saya ? apa yang saya lakukan ? Saya si, tidak ikut campur masalah kegiatan kampus, kasarnya si “saya sudah Muak”, udah segitu aja …
Saya mempunyai kelemahan yang cukup fatal. Ketika liburan semester waktu itu, saya mencoba mencari jalan untuk menutupi kelemahan saya, semuanya mengenai apa yang akan saya lakukan selepas lulus kuliah nanti (Pekerjaan). Untuk orang seperti saya, hanya ada 2 hal yang akan menyelamatkan saya, yaitu :
Sumber : google.com
1. Keberuntungan/Hoki
Dalam menerima seorang calon pekerja, rata-rata perusahaan (saya mengamati info lowongan pekerjaan) melihat Ijasah, IPK dan lulusan Universitas. Saya kadang merasa Down ketika harus melihat Informasi Loker, bagaimana tidak ? ketika saya lulus, saya hanya lulusan Universitas Swasta yang Universitasnya tidak begitu dkenal. Lah terus ? Analogi kotornya seperti ini, Saya melamar ke sebuah perusahaan > Lamaran diterima HRD > HRD memilah berkas.
Ketika HRD memilih Antara 2 berkas, berkas A (Universitas Swasta yang tidak begitu dikenal, dengan IPK 4 sempurna) dan berkas B (Universitas Negeri, dengan IPK 3), mana yang akan HRD pilih ? atau berkas A (Universitas Swasta yang baik reputasinya, dengan IPK 4 sempurna) dan berkas B (Universitas Swasta yang tidak begitu dikenal, dengan IPK 4 sempurna), mana yang akan HRD pilih ?
Kemungkinan saya bisa bersaing dengan perang Ijasah itu kecil, kalau pun saya bisa diterima artinya saya beruntung.
Sumber : studyinjogja.com
2. Relasi
Hal yang biasa saya lakukan ketika ada di suatu lingkungan orang banyak adalah memamerkan keahlian, tujuannya agar orang-orang disekitar mengetahui keahlian saya. Mungkin suatu saat, ketika orang-orang disekitar saya ini sedang mengerjakan sebuah project dan ingat bahwa saya memiliki keahlian/kemampuan yang sesuai dengan projectnya maka teman tersebut akan meenghubungi saya dan sebaliknya. Kembali kepada kelemahan yang saya miliki, sayangnya orang pemilik sifat seperti saya ini sangat jarang memiliki banyak teman, teman-temannya biasanya hanya terbatas pada dilingkungan dia bergaul.
Lain hal dengan orang diluar pemilik sifat seperti saya, mau kuliah di Universitas swasta terpinggir pun rasanya mudah untuk mendapat pekerjaan ketika kita mempunyai relasi/teman-teman yang banyak. Dari 2 hal itu saya berkesimpulan, jika saya tidak mencoba mencari alternative lain dan hanya mengikuti arus yang ada, pada akhirnya saya akan terjebak hanya di 2 hal itu.
Sumber : www.bills.com
Alternatif
Saya melihat dari pendidikan saya sebelumnya, dimanapun saya mengikuti suatu pendidikan, institusi pendidikan hanya mengajarkan hal dasar kepada muridnya, selebihnya biarkan si murid mencari jalannya masing-masing. Dari hal tersebut, saya mencoba meyakinkan diri, jika saya pindah ke kelas karyawan bahwa semua ilmu perkuliahan tetap bisa saya terima dengan baik. Toh di kelas karyawan maupun regular sama-sama ilmu dasar kan yang akan saya terima ? selebihnya saya sendiri lah yang harus mengembangkan diri.
Keputusan untuk pindah ke kelas karyawan sudah saya pikirkan secara matang, bukan hanya karna ilmu dasar tadi, tapi ada keuntungan lain yang sudah saya bayangkan jika saya benar-benar jadi pindah. Seperti yang saya ceritakan di post saya sebelumnya, saya butuh suasana dan aroma persaingan. Arogan, ya selama tidak merugikan orang lain saya butuh arogansi.
Sumber : google.com
Pindah
Tepat awal semester 3, setelah mengajukan beberapa berkas permohonan perpindahan, ahirnya saya disini. Beradaptasi kembali dengan suasana baru, mungkin tidak sulit bagi orang lain, bagi para pemilik sifat seperti saya cukup sulit dan butuh waktu lama untuk berada dilingkungan baru.
Kelas karyawan, kumpulan orang-orang yang saya anggap bisa merubah cara dan pola fikir saya. Semester 3 berlalu, tidak begitu banyak teman-teman dikelas ini yang saya kenal, mengamati sifat, perilaku, dan kemampuannya mungkin saya baru mengenal 1/3 nya, tapi saya puas, disini banyak teman-teman yang melebihi bahkan diluar jangkauan ilmu yang saya ketahui, yang artinya saya bisa belajar dari mereka-mereka ini. Diluar kampus, mereka berprofesi sesuai keahliannya yang saya baru ketahui, ada guru, teknisi, buruh produksi, semacam team debt collector (entah apa namanya, tapi dibawah itu. Bukan orang yang badannya berotot, dan mengambil apa yang di lihat, bukan …), wirausahawan, sales, admin, tentara, illustrator, dan lainnya yang belum saya ketahui. Didalam kelas, mereka bertransformasi menjadi mahasiswa yang masih haus akan ilmu, ditengah kemelut perkerjaannya, saya masih melihat mereka punya semangat, entah tujuannya hanya mendapat gelar ? atau untuk ilmu ? tidak masalah bagi saya, yang pasti mereka masih punya semangat, itu yang saya lihat.
Saya tidak membenci, apa yang sebelumnya terjadiSaya hanya mencoba, memperbaiki kekurangan yang saya milikiSaya harus bergerak, sebelum saya terbebaniSaya harus merubah, sifat bodoh yang saya ketahui
Saya ingatkan kembali, tulisan ini berdasarkan apa yang saya lihat dan rasakan. Tidak semua orang berfikir seperti ini bukan ? saya tidak mendiskreditkan yang lain dalam konteks ini. Setiap orang mempunyai sudut pandang, cara, dan pola pikir berbeda dalam melihat kehidupannya. Apa yang saya utarakan tidak sepenuhnya benar, bergantung sudut pandang anda, tapi seperti inilah saya melihat kehidupan saya.
Ini quote yang pas, yang selalu teman saya utarakan, bila anda melihat saya mendiskreditkan yang lain.
“Setiap orang punya jalan kerennya masing-masing”
0 komentar: