Schneider Electric kembali mengelar event Schneider Electric IT Solution Day di Jakarta, kemarin (25/3). Acara yang diadakan setiap tahun ini selalu mengupas tuntas tren kebutuhan dan solusi data center terkini.
Kalau tahun lalu Schneider Electric mengangkat tema Green Data Center, maka tahun ini perusahaan global di bidang pengelolaan energi itu memfokuskan pada pentingnya merancang, mengelola, dan memonintor data center dengan memanfaatkan infrastruktur yang cerdas dan terintegrasi. Berkat kecerdasan tersebut, data center diharapkan beroperasi dengan kinerja dan uptime tinggi, tetapi efisien dalam penggunaan energi.
Dalam pemaparannya, Michael Kurniawan (Business VP, Schneider Electric IT Indonesia menuturkan bahwa data center di Indonesia memperlihatkan tren pertumbuhan yang dinamis. Fakta tersebut tak lepas dari tren teknologi yang terjadi saat ini, seperti big data dan internet of things.
“Untuk itu, pemilik dan pengelola data center harus memperhitungkan berbagai strategi baru agar data centernya dapat beroperasi dengan efisien, handal, dan yang terpenting fleksibel dalam mendukung berbagai peluang ataupun tantangan bisnis di masa depan,” anjur Michael. Hal itu dapat dicapai dengan mengimplementasikan infrastruktur cerdas di data center.
Michael menerangkan, “Pada dasarnya, infrastruktur data center yang cerdas memiliki tiga peranan yang sangat menentukan performa sebuah data center. Pertama, sistem pendinginan yang cerdas dapat menghasilkan efisiensi yang signifikan karena biasanya sistem ini yang memakan daya listrik paling besar. Selanjutnya, sistem kelistrikan yang tepat dapat menjamin ketersediaan daya listrik, sesuatu yang sangat krusial karena data center dalam perusahaan seharusnya tidak boleh mengalami downtime saat mati listrik. Terakhir dari sisi manajemen operasional data center, di mana keberadaan management software yang komprehensif dapat memonitor dan meminimalisir masalah dalam data center, sekaligus menjamin efisiensi biaya.”
Dalam sesi diskusi panel, Marfani (General Manager Core Network & Facilities Engineering PT Telekomunikasi Seluler Tbk.) menjelaskan ada dua alasan yang melatarbelakangi keputusan mentransformasi data center Telkomsel.
Alasan pertama adalah bisnis perusahaan yang tumbuh pesat terutama bisnis yang terkait layanan internet. “Saat ini throughput untuk upstream yang kami sediakan sudah mencapai 100GB per second. Bayangkan, berapa petabyte atau malahan exabyte yang harus kami deliver dari pelanggan kami yang sekarang mencapai?” cerita Marfani. Selain itu, Telkomsel juga meyediakan fasilitas untuk pihak ketiga, seperti untuk ring back tone. Alasan kedua adalah komersialisasi aset.
Mengurus 140 juta pelanggan dengan aneka layanan tentu bukan hal mudah. Oleh karena itu Telkomsel membutuhkan infrastruktur cerdas yang dapat membantunya melakukan real time monitoring. “Kalau terjadi gangguan dan baru ketahuan misalnya setelah tiga jam, kami yakin pelanggan pasti sudah nggak nyaman,” kata Marfani.
Selain itu, infrastruktur cerdas membantu Telkomsel mencapai efektivitas biaya sehingga operational expenditure (OPEX) dapat dioptimalkan. Data center terbarunya yang sudah tergolong Tier 3 Uptime memiliki PUE 1,0. Infrastruktur cerdas juga membantu Telkomsel lebih agile. “Kami dapat menyesuaikan kapasitas data center sesuai dengan kebutuhan bisnis di masa mendatang,” lanjut Marfani.
Tak jauh berbeda dari Telkomsel, Telkomsigma pun membutuhkan kemampuan real time monitoring dan capacity planning. Real time monitoring dibutuhkan untuk memantau fasilitas dan infrastruktur di data center. Selain mengetahui secara cepat jika terjadi masalah, kemampuan monitoring ini juga harus bisa mencakup beberapa data center sekaligus.
Menurut Iman Sukmana, VP Hosted Managed Services Telkomsigma, infrastruktur cerdas Schneider Electric juga memampukan timnya melakukan alert management. Feature ini akan mengelola alert ketika terjadi masalah. “Alert tidak akan masuk semua ke tim monitoring, tapi sistem akan memilah penyebab dari masalah tersebut dan mendistribusikan alert ke orang yang tepat,” imbuh Iman.
Dengan infrastruktur cerdas ini, menurut Iman, pada akhirnya Telkomsigma dapat mencapai target dari pengelolaan data center yakni service excellence bagi pelanggan maupun para stakeholder Telkomsigma.
Service excellence tersebut dicapai melalui Proactive, Predictive, dan Preventive Maintenance. “Kami menjalankan ketiganya untuk meminimalisasi corrective maintenance,” jelas Iman. Dan ketiga hal tersebut akan mendukung pencapaian keuntungan secara finansial (profitability) dan produktivitas.
0 komentar: