![]() |
Debbie Nova, IT Director, Coca Cola Amatil Indonesia. Foto : Shinta Meliza |
Inovasi senantiasa menggelitik untuk digali. Teknologi terbaru selalu menggoda untuk dicoba. Namun IT leader masa kini dituntut melebarkan ruang gerak dan perspektif, keluar dari kungkungan teknologi.
Berada di tengah pusaran industri dan pasar Fast Moving Consumer Goods yang bergerak serta menuntut perubahan cepat, Debbie Nova (IT Director, Coca Cola Amatil Indonesia/CCAI) memiliki pegangan yang pasti: kepentingan dan kebutuhan pelanggan.
“Coca Cola Amatil Indonesia adalah perusahaan yang berorientasi pada customer service. Oleh karena itu dalam apapun yang kami kerjakan, kami memfokuskan pada pelanggan, mendengarkan pelanggan, dan apa yang diinginkan pasar,” papar Debbie tegas mengenai arahan umum korporasi CCAI.
Tentu saja, departemen TI berkekuatan lebih dari 100 orang yang dipimpin perempuan kelahiran Jakarta itu bukan pengecualian. Debbie Nova dan timnya harus berjalan di atas arahan yang sama.
“Fokus kami adalah merancang strategi terbaik untuk memberikan pelayanan terbaik kepada pelanggan,” jelas profesional TI yang didaulat sebagai direktur wanita pertama di lingkungan CCAI ini. Strategi terbaik itu, menurut Debbie, dirancang dengan selalu berpedoman pada tujuan bisnis (business objectives) maupun proses bisnis.
Di sisi lain, Debbie dan timnya harus tetap terbuka dengan inovasi dan evolusi teknologi informasi yang terbilang sangat gegas. Dan di sinilah letak tantangannya, memilih teknologi dan solusi yang sesuai dan aplikatif di lingkungan Coca Cola Amatil Indonesia. Utamanya terkait layanan untuk pelanggan tadi.
Bagaimana Debbie memilih solusi yang tepat untuk meng-enable bisnis CCAI? “Pertama, teknologi atau solusi tersebut harus dapat memfasilitasi dan membantu bisnis dalam melayani pelanggan, dan pelanggan menjadi lebih mudah berintteraksi dengan kami,” jelasnya. Ia mencontohkan solusi mobile yang mempersenjatai tim sales CCAI agar dapat langsung menangkap kebutuhan pelanggan di pasar, mempercepat proses di sistem supply chain, dan pada akhirnya mempercepat proses delivery ke pelanggan.
Kedua, Debbie memerhatikan kemampuan yang ditawarkan solusi tersebut. “Apakah solusi itu dapat meningkatkan produktivitas, efisiensi, dan fungsi kontrol di perusahaan? Apakah solusi itu juga mendorong pengembangan sumber daya manusia, people development?” ujarnya lagi. Tentu saja sisi kemampuan teknis dari solusi tersebut tak dilupakan, yakni faktor kinerja yang diukur berdasarkan kriteria acceptability, reliablity, dan availability.
Terakhir, Debbie Nova menggarisbawahi pertimbangan terpenting dalam memilih solusi TI, yakni teknologi atau solusi tersebut jangan sampai menjadi barrier atau kendala bagi bisnis untuk terus bertumbuh, dari aspek mana pun.
Dengan pedoman yang senantiasa merujuk pada pelanggan, Debbie pun mengharapkan para staf TI-nya memiliki perspektif sama. “Setiap sumber daya manusia yang ada tim TI harus mempunyai customer service oriented attitude,” ujarnya seraya menjelaskan perilaku tersebut dicerminkan lewat sikap-sikap yang memandang urusan pelanggan sebagai urusan setiap karyawan TI (the customer’s business is my business).
Memperlihatkan kemampuan teknis dan pemahaman bisnis yang mendalam, mungkin tak banyak yang tahu apa hasrat masa kecil Debbie Nova. “Semasa kecil, saya ingin jadi guru,” kata pehobi sport ini sambil tersenyum. Bagi Debbie, para guru adalah sosok yang luar biasa karena mereka senantiasa berbagi ilmu dan membantu muridnya untuk maju, serta menjadi figur pemimpin sekaligus panutan.
Meski cita-cita itu tak kesampaian, tapi eksekutif muda dengan pengalaman 16 tahun di bidang TI ini merasa dapat menyalurkan aspirasi membantu orang lain melalui profesinya saat ini.
“Saya dapat membantu perusahaan, khususnya para user sistem kami untuk terus berkembang, memudahkan kegiatan operasioanal mereka, dan menjadi bagian dari pembuat keputusan di perusahaan demi kemajuan perusahaan dan sumber daya yang ada di dalamnya,” tutur Debbie Nova.
0 komentar: