Desakan agar Dick Costolo mundur dari jabatannya sebagai CEO Twitter sempat muncul dalam beberapa bulan terakhir. Salah satu komentar pedas yang memicu desakan mundur Costolo dilontarkan pembawa acara di CNBC yang cukup berpengaruh, Jim Cramer. Ia menyebut Twitter berada dalam “ABC Situation” alias “Anybody But Costolo”.
Desakan mundur Costolo itu muncul karena kinerja Twitter yang penuh gejolak setelah penawaran saham ke publik pada November 2014. Para investor di Wall Street mencemaskan lambatnya pertumbuhan Twitter. Mereka menjadi tidak sabar dengan kinerja Costolo.
Costolo membungkam kritikan dengan kinerja Twitter yang sangat mengesankan pada kuartal IV tahun 2014. Twitter berhasil mencatat pertumbuhan pendapatan hingga 97 persen menjadi USD 479 juta, atau melebihi ekspektasi analis yang sebesar USD 453 juta.
Perusahaan yang berbasis di San Francisco itu mencatat laba sebesar USD 79 juta atau 12 sen per lembar saham, setelah mengecualikan kompensasi berbasis saham dan biaya-biaya lain.
Investor menyukai langkah-langkah yang diambil Costolo untuk mengembangkan Twitter, terutama rencananya untuk menumbuhkan basis pengguna dan tetap meraup pendapatan meski pengguna tidak masuk ke jasa layanan jejaring tersebut.
Setidaknya ada dua pengumuman penting yang akhirnya membuat investor kembali mencintai Costolo. Pertama, Twitter akan melakukan “sindikasi” kicauan atau tweet di beragam web dan mobile apps. Kedua, tweet itu akan dimasukkan dalam pencarian di Google.
Twitter akhirnya selamat dari kejatuhan. Peran Costolo pun tak bisa dimungkiri. Majalah Time menyebut Costolo sebagai salah satu dari “10 CEO Teknologi AS yang paling berpengaruh”. Sementara Business Insider menyebutnya sebagai “Salah satu CEO Silicon Valley yang paling mengesankan” pada tahun 2013.
Selalu Hadir
Rekam jejak Costolo di dunia teknologi memang cukup panjang. Padahal, Costolo sebelumnya merupakan seorang komedian.
Lulus dari ilmu komputer dan komunikasi di University of Michigan pada tahun 1985, Costolo tidak langsung bekerja di bidang teknologi. Ia justru pindah ke Chicago untuk menjadi seorang komedian profesional yang menampilkan komedi improvisasi. Costolo tampil di Second City yang telah melahirkan komedian top seperti Mike Myers, Stephen Colbert, hingga Tina Fey.
Kariernya sebagai komedian tidak bertahan. Costolo selanjutnya bergabung dengan Andersen Consulting selama delapan tahun, sebagai manajer senior grup produk dan teknologi.
Lepas dari Andersen, Costolo mendirikan Burning Door Networked Media, sebuah perusahaan konsultan web design dan development. Perusahaan tersebut kemudian dibeli oleh Digital Knowledge Assets pada Oktober 1996. Selanjutnya, Costolo beberapa kali mendirikan perusahaan dan dijual kepada pihak lain.
Costolo mendirikan SpyOnlt, sebuah perusahaan jasa pemantauan halaman situs, yang dijual kepada 724 Solution pada September 2000. Pada tahun 2004, Costolo menggandeng Eric Lunt, Steve Olechowski, dan Matt Shobe mendirikan FeedBurner yang kemudian dibeli Google pada tahun 2007.
Setelah menjual perusahaannya kepada Google, Costolo selanjutnya bergabung dengan raksasa mesin pencari tersebut hingga Juli 2009. Tiga bulan kemudian, Twitter mengumumkan nama Costolo sebagai Chief Operational Officer (COO). Tahun 2010, Costolo ditunjuk menjadi CEO Twitter.
Karier Costolo tidak hanya berkutat di Twitter. Tahun 2011, Presiden AS Barack Obama menunjuk Costolo menjadi anggota National Security Telecommunications Advisory Committeee.
Meski sudah malang melintang di dunia teknologi, tetapi pria kelahiran 10 September 1963 itu justru merasa pengalamannya sebagai komedian-lah yang banyak memberikan inspirasi saat memimpin Twitter.
Majalah Time menyebut Costolo sebagai salah satu dari “10 CEO Teknologi AS yang paling berpengaruh”. |
“Salah satu hal yang selalu Anda coba pastikan untuk memberikan perhatian pada komedi improvisasi adalah hadir dan mendengarkan,” ungkap Costolo dalam wawancaranya dengan kolumnis New York Times, Farhad Manjoo.
Ia mengaku satu hal yang selalu disampaikan rekan-rekannya di Second City adalah agar dia selalu “hadir”. Pesan untuk selalu “hadir” itulah yang kemudian diterapkannya di Twitter. Dalam komedi improvisasi, mengatakan “ya, dan.. ” kepada rekan sepanggung merupakan sebuah konsep yang sangat berharga untuk membantu menciptakan adegan-adegan berikutnya.
“Anda tidak pernah diperbolehkan untuk menolak ide orang di panggung, karena skenarionya bisa tidak bergerak,” jelasnya.
Namun, dengan mengatakan “ya” dilanjutkan dengan “dan”, maka ide-ide improvisasi terus berkembang ke depan.
Itulah yang diadopsinya ketika memimpin Twitter. Costolo senantiasa hadir dan mendengarkan umpan-umpan dari seluruh timnya.
Ia mengaku tidak pernah menghentikan setiap diskusi pendek di Twitter. Bagi Costolo, ide-ide harus tetap didengarkan meski awalnya terlihat sepele, karena hal itu akan menimbulkan aura positif di tempat kerja dan memotivasi timnya untuk berpikir kreatif.
Dari pemikiran yang kreatif dari tim yang dipimpin Costolo itulah Twitter terus berkembang dan berhasil menjawab semua pertanyaan investor dan publik.
0 komentar: