Eddie R. Darajat, Chief Information Officer, PT Indika Energy Tbk. (InfoKomputer/Alphons Mardjono) |
(Dimuat di majalah InfoKomputer edisi Januari 2013)
Kalau ada Chief Information Officer (CIO) yang pernah berkolaborasi dengan sniper alias penembak jitu barangkali hanya Eddie Rasyid Darajat-lah orangnya. Namun itu hanyalah sekeping kisah di antara mosaik pengalaman hidup dan profesinya yang penuh warna.
Beberapa kali hadir di acara InfoKomputer CIO Forum, pria yang murah senyum dan penuh semangat ini tampil sebagai sosok yang memiliki kompetensi di bidangnya. Pendapat Eddie tentang sebuah isu TI selalu disampaikan secara komprehensif tetapi membumi. Namun siapa mengira CIO PT Indika Energy Tbk. ini ternyata menyimpan pengalaman luar biasa.
Mungkin tak terbayangkan sebelumnya oleh Eddie ketika pada suatu hari di tahun 2005 ia harus terjun di tengah masyarakat Aceh yang ketika itu baru saja dilanda bencana tsunami. Berada di tengah-tengah orang yang sedang kesusahan, menurutnya, adalah pengalaman yang paling menyentuh batin Eddie. “Bayangkan, 700 kilometer garis pantai rusak! Bukan hanya Banda Aceh yang hancur,” ujar anak kedua dari empat bersaudara ini dengan suara sedikit bergetar.
“Kalau semata-mata karena alasan bisnis, kami mungkin nggak akan kuat [berada selama] empat tahun di sana,” katanya lagi. Meski memegang posisi sebagai CIO Badan Rehabilitasi & Rekonstruksi (BRR) NAD-Nias, ia bekerja dari nol dan sendirian. Padahal sebelumnya lelaki berdarah Sunda yang lama bermukim di Surabaya ini sudah mencicipi beberapa posisi mapan, yang juga diraihnya dari nol. Salah satunya adalah Presiden Direktur PT Indo Exchange Tbk.
Namun lelaki yang memulai karirnya sebagai site engineer ini sangat bersyukur. “Saya beruntung, karena mendapat kesempatan untuk masuk ke bermacam-macam lingkungan. Termasuk ke organisasi pemerintah seperti BRR,” cetus Eddie. Selain menjalin hubungan kerja dengan orang-orang dari berbagai departemen pemerintah, LSM, bahkan mantan anggota GAM, pekerjaan Eddie pun bermacam-macam. Sebagai orang TI, ia juga harus turun tangan mengurusi aktivitas operasional BRR.
“Sebenarnya ini terkait tugas saya mengotomatisasi sistem,” jelasnya.
Satu hal yang sangat membanggakan insinyur sipil lulusan Institut Teknologi Bandung ini adalah ketika sistem transparansi BRR NAD Nias yang dibuatnya bersama timnya diganjar penghargaan oleh Future Government (Singapura). “Kami terpilih dari sekitar 450 nominee badan-badan pemerintah di Asia,” tuturnya bangga.
Lepas dari BRR tahun 2009, Eddie R. Darajat lagi-lagi “nyebur” ke medan penuh tantangan, yaitu sebuah perusahaan energi dengan bisnis yang sedang menggeliat. Menjadi tantangan karena profesional TI yang juga pernah menekuni bidang IT consulting ini harus mengkonsolidasi sekaligus mengintegrasikan organisasi TI PT Indika Energy Tbk. Pasalnya, saat itu top management memberi Eddie tugas membangun organisasi TI berbasis shared service, di mana sistem dan sumberdaya dipakai secara bersama-sama oleh unit usaha dengan bisnis yang berbeda-beda.
“Ada tiga tantangan yang harus saya hadapi, yakni konsolidasi, standardisasi teknologi, dan integrasi,” papar Eddie. Problem teknis tak pernah membuatnya pusing, karena ia yakin setiap masalah teknis pasti memiliki solusi. Masalah klasik bagi CIO dan orang TI pada umumnya adalah nonteknis.
Namun Eddie R. Darajat tak pernah merasa terbebani karena pada dasarnya penikmat tempe ini menyukai hidup yang penuh warna termasuk dalam perjalanan karir. “Makan pun kalau lauknya macam-macam jadi lebih nikmat ‘kan?” ujarnya setengah bergurau.
Lagipula ia telah memutuskan untuk meniru prinsip Reid Hoffman (Co-founder & Executive Chairman LinkedIn) dalam berkarir. “Bahwa saya selalu dalam posisi permanent beta,” kata Eddie. Diri terus diperbarui, siap menyongsong tantangan yang datang.
0 komentar: