Bandung- I Gede Wenten, pengajar di Departemen Teknik Kimia Institut Teknologi Bandung (ITB), menemukan teknologi membran, yakni alat yang mampu menyerap dan menyaring segala macam limbah dari yang paling ringan sampai yang paling beracun sehingga bisa diminum.
Ia adalah satu-satunya pemegang hak paten bidang bioteknologi membran. Dia juga menemukan aplikasi teknologi membran yang akhirnya diterapkan untuk dunia medis, yaitu dalam pencucian darah bagi penderita gagal ginjal.
“Saya mengklaim menemukan teknologi pertama di dunia, dan saya berani katakan teknologi membran ini satu-satunya di dunia, karena saya punya alasan untuk itu,” kata Wenten, Kamis (11/12).
Pria asal Buleleng, Bali, itu menjelaskan bahwa alat teknologinya adalah pipa terkecil untuk menyaring molekuler. Teknologi itu biasa digunakan untuk memfilter air laut menjadi air tawar sehingga dapat diminum.
“Membran ini adalah pipa yang terkecil, diameternya 100 mikron. Pipa ini punya pori-pori untuk memfilter,” ujarnya sambil menunjukkan teknologi berupa pipa terkecil yang berbentuk benang.
Wenten menuturkan, dalam dunia akademik setiap orang merdeka dan bebas mau berbicara apa saja hingga tingkatan paling tinggi. Menurutnya, teknologi itu fatamorganik; semakin didalami semakin tidak nyata namun dapat diwujudkan.
Sejumlah temuannya mengenai membran masuk dalam dunia industri dan dikomersialkan. Namun tidak semua temuan untuk dikomersialkan, misalnya untuk kemanusiaan yang tidak bisa menjadi komoditas.
“Saya menjamin, saya bisa membuat ginjal buatan untuk cuci darah. Tetapi saya tidak bisa mengkomersialisasikan itu. Dalam konteks itu perlu Pemerintah turun tangan,” katanya.
Dia berharap Pemerintah merespons temuannya yang bisa membuat ginjal buatan untuk mencuci darah sehingga bisa dimanfaatkan oleh penderita gagal ginjal di Tanah Air.
“Saya declare (umumkan) di sini, kapan pun kita mau, saya siap membuat itu (ginjal buatan untuk cuci darah). Tinggal Pemerintah bagaimana menyikapi ini,” tandasnya. (gbi)
0 komentar: