Pada suatu ketika, ada seorang raja berkunjung ke taman. Saat itu, ia melihat ada banyak tanaman yang tumbuh dengan suburnya dan indahnya. Namun, ada pula yang mulai mengering dan mati. Saat itulah ia melihat ke arah sekumpulan rumput yang mengering dan nyaris mati. Dan dengan penasaran sang baginda bertanya pada si rumput itu, “Kenapa kamu mengering dan mati”. Dan rumput kering itupun menjawab, “Kami tidak seperti bunga mawar yang punya bunga dan wanginya semerbak. Kami merasa kalah dan lebih baik kami mati saja”. Lalu, si rajapun melihat kepada sekumpulan mawar yang berbunga dengan indahnya. Namun, ia jaga memperhatikan ada beberapa bunga mawar yang akhirnya layu.
Bagindapun bertanya mengapa bunga mawar itu bisa menjadi layu. Si bunga mawar itupun menjawab, “Meskipun kami berbunga kami tidak akan seperti pohon-pohon buah yang rindang dan ditunggu-tunggu buahnya.” Dan akhirnya, baginda pun tiba pada sekumpulan daun semak kecil yang tumbuh dengan lebatnya diantara batu-batu yang keras. Dan baginda pun bertanya mengapa mereka begitu gembira untuk tumbuh. Lantas, sang baginda mendapat jawaban yang menarik dari si semak kecil, “Kami pikir Tuhan menaruh kami disini untuk sebuah tujuan. Kalau tidak, pastilah yang ditaruh disini adalah pohon yang lain. Dan kami tahu, kami tidak bisa menjadi pohon yang lain, maka salah satu caranya bagi kami adalah tumbuh sebaik-baiknya dengan apa yang bisa kami capai”
Nah, sama seperti bunga yang layu, begitu juga banyak kehidupan yang layu karena kita selalu membanding-bandingkan. Kita menjadi kecewa, kita jadi marah atas nasib kita atas kondisi diri kita. Lantas, kita pun jadi pribadi yang negatif dan kemudian, berhenti bertumbuh.
Nah, jenis manakah diri Anda? Yang banyak mengeluh dan membanding-bandingkan. Yang terus melihat kekurangan. Yang iri melihat kesuksesan orang lain. Ataukah, yang meskipun punya kekurangan, tetapi tidak menyerah. Bangunlah suatu kecerdasan yang disebut kecerdasan personal (Personal Intelligence) pada diri Anda!
Apakah Personal Intelligence itu?
Istlah Personal Intelligence, sebenarnya pertama kali diperkenalkan John Mayer, seorang profesor psikologi dari New Hamshire di tahun 2008. Beliau juga yang sebenarnya pertama kali memperkenalkan istilah kecerdasan emosional (EQ) bersama dengan Peter Salovey. Ada sebuah pandangan menarik dari Johan Mayer yakni orang yang cerdas EQ-nya belum tentu cerdas personal intelligence-nya. Misalkan saja, meurutnya seseorang bisa menjadi sangat popular, serta pandai mengelola emosinya, tapi nggak berprestasi dan kurang optimalkan hidupnya!
Jadi apakah definisi kecerdasan personal ini? Menurut John Mayer, definisi sederhananya adalah “…kemampuan untuk mengenali kepribadiannya serta mampu menggunakannya sebagai informasi untuk berinteraksi dengan orang lain.” Namun, untuk lebih gampangnya. Dalam berbagai radiotalk, artikel yang saya tulis serta pelatihan terkait Personal Intelligence yang baru-baru ini kami berikan,
saya memperkenalkan kecerdasan personal sebagai kemampuan seseorang untuk 4M yakni
(1) mengenali,
(2) mengarahkan serta
(3) mengoptimalkan kemampuan dirinya, plus
(4) menerapkan pada orang lain! Secara ringkasnya, personal Intelligence adalah know yourself and how to optimize it! (mengenali dirimu serta mengoptimalkannya). Itulah kecerdasan personal seseorang.
Untuk lebih pahamnya, marilah kita lihat beberapa contoh pribadi yang personal intelligencenya bagus. Misalkan saja, ada kisah hidup Monty Robert, seorang pemilik ranch di Amerika yang terkemuka. Sejak kecil ia harus ikut ayahnya yang berpindah-pindah krn menggembalakan kuda-kuda. Suatu ketika, sewaktu remaja di sekolah ia diminta untuk membuat tulisan mengenai impiannya. Ia pun menulis soal impiannya sebanyak 7 halaman. Namun, gurunya mengembalikan tulisannya dan memberinya nilai “F” karena dianggap mengada-ngada. Namun, setelah merenung semalam, akhirnya, ia kembali kepada gutunya dan berkata, “Silakan simpan nilainya, dan saya akan simpan mimpi saya”. Kini, ia adalah salah satu pemilih ranch kuda terbesar di Amerika seluas lebih dari 4000 square feet. Dari sini, kita bisa melihat filosofinya Monty Robert yang punya keyakinan dan kesadaran serta berani memperjuangkan keinginannya, meski orang lain tidak. Ibaratnya Monty Ronert ingin mengatakan, “Loe nggak kenal gue. Yang kenal gue kan saya”.
Hal yang sama juga menjadi kisah Fred Smith, pelopor jasa pengiriman satu malam. Fred Smith pernah membuat paper soal bisnis namun sempat ditolak karena dianggap tidak mungkin. Begitu pula kisahnya Mark Zukerberg, pencipta facebook. Dalam film “The Social Network” kita bisa melihat bahwa Mark Zukerberg adalah seorang yang kutu buku dan terkucil dari pergaulan. Namun disisi lain dia pintar, tekun dan cerdas melihat peluang. Kemampaun inilah yang ia pergunakan dalam mengembangkan facebooknya. Begitu pula kisah pemain piano yang catat tangannya dari Korea yang terkenal, Hee Ah Lee yang dijuluki sebagai “Pianist with Four Finger”.
Kenali 7 Tanda Pribadi yang Cerdas Personal
Pertanyaan berikutnya adalah bagaimana kita mengetahui dan mengenali orang yang cerdas secara personal? Yang jelas, saya ingin menegaskan tujuh kriteria keceradasn personal yang saya ajarkan dalam program workshop bertema Personal Intelligence ini. Pertama-tama, ia mengenal diri pribadinya. Jadi ia bisa mengenali kebiasan, sikap serta pola berpikirnya. Kedua, ia peka dengan hal-hal yang bisa memencet perasaan tertentu pada dirinya. Misalkan ia tahu apa yang gampang membuatnya marah, kesel, dll. Ketiga, ia menyadari hal-hal apa saja yang seringkali menghambat dirinya untuk maju dan bergerak. Keempat, ia bisa mengarahkan hidupnya dan berusaha mewujudkan cita-citanya. Artinya ia bisa memiliki action plan namun sekaligus juga fleksibel dalam mencapai impiannya. Kelima, ia mampu untuk tidak berhenti (stuck) oleh masa lalunya, dan bisa keluar dari belenggu program masa lalu yang mengganggu. Keenam, dan hal ini sangat penting yakni, dirinya produktif dan prestatif. Jadi, hidupnya punya kemajuan dalam hasil karya ataupun prestasi yang bisa ia wujudkan. Dan akhirnya, ketujuh, kesadaran dirinya lantas menjadi dasar baginya untuk memahami orang lain .
Berbagai kisah berikut ini, menjadi kisah dan contoh orang yang memiliki tanda-tanda kecerdasan personal yang baik. “Saya masih ingat waktu saya masuk jadi MT (Management Traineee) di tempat kerja. Saya tidak dianggap karna dari daerah. Dari universitas yang nggak punya nama. Yang lain banyak lulusan dar luar. Jadi berbulan-bulan awal saya nggak diajak berteman. Apalagi, instrukturnya mengatakan, “Orang dari daerah kami selalu gagal”. Tapi, saya pikir selalu kan bukan berarti semuanya. Dan saya tahu saya cepat belajar dan tekun. Jadi saya bertekad untuk lebih unggul. Saya antisipiasi di setiap meeting, training dgn menyiapkan data. Saya selalu siap. Akhirnya, di akhir proyek MT itu, tahu nggak, saya lulus sebagai yang terbaik!”
Begitu pula kisah ini. “Saya cewek yang terdampar di bidang teknik. Saya kuliah di teknik yang nyaris 90% temen kuliah saya cowok. Lalu, saya pun masuk ke bidang teknik yang kebanyakan cowok. Saya sempat dilecehkan dan dianggap sebelah mata. Tapi, saya tahu sebagai cewek saya punya keunggulan pendekatan yang lebih manusiawi, saya juga punya kemampuan membangun network. Dengan para ekpat, saya bisa bergaul dengan lebih nyaman sementara kolega saya yang cowok nggak bisa. Bahkan saya sempat dicibir menjual diri, padahal hanya karena mereka iri. Saya tetap berprinsip tidak akan pernah melacurkan diri saya. Namun, dengan pendekatan saya, saya bisa membuat yang mencibiri saya menjadi teman saya. Dan sampai sekarang saya masih eksis di bidang kerja saya, malahan sekarang mendekati posisi top management”.
Jadi, mulai sekarang kembangkanlah kecerdasan personal Anda juga! Caranya? Kenali pola dan dirimu lebih baik, selalu intall-kan keyakinan dan pemahaman yang positif. Belajar pula skenoriokan suksesmu. Ingatlah kalimat dari pimpinan GE yang terkenal Jack, “Define your own destiny or somebody else will” (tentukan garis nasibmu atau orang lain yang akan melakukannya). Dan selanjutnya berikan kesempatan kepada dirimu untuk membuktikannya. Jangan lagi berkata, “Kayaknya nggak mungkin” tetapi gantilah dengan kalimat “Bagaimana kalau seandainya itu mungkin?”. Ingat, kamu tidak bisa disebut cerdas personal kalau tidak mampu mengatasi hambatan dirimu dan membuktikan kontribusi dirimu. Ayo, berikan buktimu!
(Anthony Dio Martin, Managing Director HR Excellency, Best EQ Trainer Indonesia, Host Program Radio SmartEmotion di SmartFM, www.hrexcellency.com)
0 komentar: