RICHARD ANTHONY: MENYATUKAN PERBEDAAN

Kondisi seperti itu bukan sesuatu yang meresahkan Richard. “Kami yakin dengan freedom (kebebasan, red.) yang terkontrol, unit-unit bisnis ini dapat berjalan lebih fleksibel dan tumbuh lebih cepat,” ujar pria kelahiran Jakarta ini seraya mengibaratkan kondisi tak terkonsolidasi ini seperti tarik ulur ketika bermain layang-layang. Bak layang-layang, setiap unit usaha sejatinya memiliki kebebasan, tetapi korporasi pun tak akan membiarkannya “lepas” tertiup angin. “Tetap ada benang merah yang harus diikuti,” jelas sarjana teknik komputer ini. Adalah visi dan kebijakan yang disusun secara korporasi sebagai benang merahnya.
Richard Anthony, CIO Gunung Sewu Group
“Kami termasuk (kelompok) yang unconsolidated,” ucap Richard Anthony (Chief Information Officer) tegas saat berbicara tentang teknologi informasi (TI) di Gunung Sewu Group. Tentu saja kondisi tersebut bukan tanpa alasan. Sangat menonjol di bidang usaha agrobisnis, bisnis milik kelompok usaha yang berdiri sejak tahun 1950 ini terbilang sangat beragam, mulai dari asuransi sampai pertambangan batu bara.

Kondisi seperti itu bukan sesuatu yang meresahkan Richard. “Kami yakin dengan freedom (kebebasan, red.) yang terkontrol, unit-unit bisnis ini dapat berjalan lebih fleksibel dan tumbuh lebih cepat,” ujar pria kelahiran Jakarta ini seraya mengibaratkan kondisi tak terkonsolidasi ini seperti tarik ulur ketika bermain layang-layang. Bak layang-layang, setiap unit usaha sejatinya memiliki kebebasan, tetapi korporasi pun tak akan membiarkannya “lepas” tertiup angin. “Tetap ada benang merah yang harus diikuti,” jelas sarjana teknik komputer ini. Adalah visi dan kebijakan yang disusun secara korporasi sebagai benang merahnya.

Dengan kedudukannya di korporat TI, Richard Anthony mengaku tidak secara langsung mengurusi aktivitas operasional harian setiap unit usaha Gunung Sewu Group. “Setiap unit usaha memiliki tim TI sendiri sementara tugas kami di Corporate IT adalah menangani hal-hal yang sifatnya strategis dan proyek-proyek mayor ,” jelas bapak satu putra dan satu putri ini.

Misalnya, saat ini Richard dan timnya tengah disibukkan oleh inisiatif implementasi solusi ERP di unit usaha agrobusiness, salah satu unit terbesar di Gunung Sewu Group. “Atau, ketika salah satu business unit melakukan security audit, saya terlibat dalam proses mendefinisikan cakupan proses audit tersebut, juga melakukan negosasi, dan sebagainya, agar [proses berjalan] sesuai dengan corporate value & direction,” Richard mencontohkan.

Tidakkah kondisi itu memunculkan “pulau-pulau” tersendiri? “To certain level? Yes,” aku lelaki yang sempat hijrah dan tinggal selama 10 tahun di Singapura ini. Namun ia kembali menegaskan bahwa kebebasan itu akan mendorong setiap unit usaha untuk berinovasi. “Sebenarnya unit usaha bukannya menentukan pilihan sendiri, kami pasti terlibat dalam melakukan kontrol dan memberikan rekomendasi,” tegasnya lagi.

Sebagai orang yang ditugasi menarik-ulur benang merah, lelaki yang hobi main bulutangkis ini mengakui harus pintar-pintar berkompromi, antara lain dalam hal memilih sistem TI yang tepat untuk setiap unit usaha. “Kami tidak bisa memaksakan satu sistem untuk semua. Kebutuhan setiap unit berbeda, demikian pula dengan kekuatan finansialnya,” ujar Richard.
Meski konsolidasi belum terjadi di Gunung Sewu Group, Richard Anthony memiliki impian seperti umumnya CIO masa kini. “TI harus menjadi business enabler, karenanya TI harus ada di ‘Strategic’ quadrant. And that’s my mission, ” ucapnya bersemangat. Dengan komitmen dan keberanian, unit bisnis asuransi ia perkirakan memiliki kebutuhan yang lebih urgent untuk ada di garda terdepan. Tujuannya, menjadikan TI sebagai pemampu bisnis.
“TI harus menjadi business enabler, karenanya TI harus ada di ‘Strategic’ quadrant”
Membiarkan anak perusahaan mengadopsi berbagai sistem yang berbeda pun, menurut penyuka berbagai jenis makanan ini, bukan keputusan yang bijaksana. Jalan tengah yang diambil adalah ketika sudah ada 2 – 3 macam sistem diimplementasikan beberapa unit bisnis, ia pun akan mengarahkan unit usaha lainnya untuk memilih salah satu dari sistem tersebut.

Meski konsolidasi belum terjadi di Gunung Sewu Group, Richard Anthony memiliki impian seperti umumnya CIO masa kini. “TI harus menjadi business enabler, karenanya TI harus ada di ‘Strategic’ quadrant. And that’s my mission, ” ucapnya bersemangat. Dengan komitmen dan keberanian, unit bisnis asuransi ia perkirakan memiliki kebutuhan yang lebih urgent untuk ada di garda terdepan. Tujuannya, menjadikan TI sebagai pemampu bisnis.

Sementara di sektor agrobisnis, Richard mengakui butuh waktu lebih lama untuk mewujudkan misinya tersebut. “Bisa cepat, bisa juga lambat. Karena agriculture is so huge and complex,” imbuhnya. Namun itu bukan sesuatu yang buruk, karena memang masih sangat sedikit sekali perusahaan, termasuk multi national company (MNC), yang sudah benar-benar berada di kuadran Strategic. “Kebanyakan MNC masih berada di kuadran Factory,” imbuh Richard.

Langkah utama yang ditempuh Richard Anthony di unit usaha agrobisnis adalah melakukan pengoptimalan dan efisiensi dalam proses bisnis, misalnya dengan mengimplementasikan solusi ERP. “Mengapa? Karena orientasi mereka adalah ekspor, yang artinya mereka akan berhadapan dengan pesaing dari luar, seperti Thailand dan Filipina. Cost competitiveness and operation efficiency will be crucial,” jelas audiophile yang gemar mendengarkan segala jenis musik ini.