Oleh : Magdalena Sukartono |
Tentang resign sekarang seolah sudah tradisi yang tak bisa dihindari. Zaman telah berubah. Masa muda saya dulu, jarang atau lebih tepatnya sedikit sekali karyawan pindah kerja. Senang atau tidak, ya tetap dilalui hingga masa tua atau purna karya.
Mengenai resign di abad 21 ini, bukan hanya dilakukan oleh karyawan atau tingkat bawah saja. Yang sudah di posisi atas seperti : manajer, direktur bahkan CEO juga tak heran kalau mengenal resign ! Ada banyak kisah nyata tentang resign di dunia kerja yang terjadi di abad 21 ini.
Resign massal atau ramai-ramai cabut dan pergi juga dikenal di dunia kerja.
Ada sebuah perusahaan yang sudah sangat terkenal. Seorang BM (Branch Manager) yang sudah bekerja selama 20 tahun, resign dan pindah ke perusahaan pesaing. Bukan semata masalah gaji, meski di perusahaan yang baru ia mendapat gaji yang lebih tinggi. Anda mau tahu ? Ternyata masalah kenyamanan kerja. Sudah lebih 7x ia dipindah-pindah dari cabang satu ke cabang yang lain. Karena hebatnya. Cabang yang buruk kondisinya, baik suasana kerja maupun target yang tak berhasil dicapainya, selalu menjadi tempat “pembuangan” dimana ia dipindahtugaskan. Dalam waktu 2-3 tahun BM itu berhasil memperbaiki segalanya. Baik suasana kerja maupun target yang harus dicapai. Bahkan pernah mencapai ranking ke-3 dari sekian puluh cabang ! Hebrink, kan ? Lalu mengapa BM itu resign ? Karena tak ada apresiasi. Tak ada reward kecuali bonus rutin. Ia ditawari dan diajak pindah mantan teman sekantornya yang sudah beberapa tahun sebelumnya resign dan berhasil sukses di perusahaan lain. Temannya itu mendesak dan mengajak bergabung bersamanya. Gaji pasti lebih menarik. Tapi yang membuat BM itu mau hengkang, ternyata karena ulah atasannya di Kantor Pusat. Si atasan selalu memantau bahkan “memata-matai” si BM, apa yang menjadi trik-triknya sehingga sukses. Semua pemikiran dan strategi bisnis si BM ini cepat-cepat dilaporkan ke pucuk pimpinan, diakui sebagai buah pemikirannya. Trilili…… Sekretaris dan juga rekan-rekannya sesama BM juga mengetahuinya. Merasakan adanya tekanan, maka akhirnya ia memutuskan untuk hengkang ! Uniknya ia mendapat hadiah kenang-kenangan dari anak buahnya sebuah pigura karikatur bergambar dirinya dan ada tulisan “Lha… masih enak zamanku, toh ?” Hehehe… sindiran yang kreatif. Unik menggelitik penuh humor… benar-benar unik, karena cukup banyak anak buahnya yang kemudian mengikuti jejaknya. Bergabung bersama si BM, sampai si BM ini merasa khawatir, kalau-kalau dia dituduh sebagai pihak yang mengajaknya ! Lebih unik lagi, mantan sekretarisnya di cabang yang sudah ditinggal beberapa waktu lalu, juga ikut bergabung. Tralala….
Kisah lain justru terjadi di sebuah perusahaan multi nasional. Di salah satu kantor cabangnya, seorang sales/marketer yang handal dan produktif resign ! Eh, 3 orang temannya bergabung dan mereka kemudian menjadi tim manajemen di perusahaan yang didirikan mereka bersama. Uniknya, sang mantan manajer, atasan mereka juga ingin resign dan bergabung dengan mereka. Tetapi mereka keberatan… Peristiwa langka, bukan? Tapi benar-benar terjadi, loh.
Metropolitan memang banyak cerita tentang dunia kerja. Salah satu perusahaan besar yang terkemuka juga telah terjadi resign massal. Sekitar 20 orang lebih cabut beramai-ramai dan mendirikan perusahaan baru yang bergerak dalam bidang yang sama! Luar biasa, kan? Ramai-ramai “bedhol desa” ! Artinya beramai-ramai satu divisi resign dan mendirikan perusahaan sendiri…
APA dan BAGAIMANA SIKAP YANG PERLU DIPIKIRKAN DAN DILAKUKAN KEDUA PIHAK?
Pasca resign… selalu memberikan dampak, baik bagi yang resign maupun pihak perusahaan yang ditinggal.
Mari kita perhatikan lebih dahulu, bagaimana sikap dan kebijakan pihak manajemen perusahaan yang ditinggal karyawannya.
Pada umumnya, jika di suatu perusahaan sering terjadi karyawan resign, apalagi jumlahnya besar, maka perlu dipertanyakan, apakah perusahaan itu baik-baik saja ? Mengapa TURN OVER terjadi dan mengapa begitu sering atau jumlahnya banyak?
Dalam dunia kerja, perusahaan yang mengalami turn over tinggi, dinilai tidak baik…., ya kebijakan ya kondisi atau kesejahteraan karyawan yang perlu dipertanyakan.
Mengapa karyawan resign? Apakah faktor internal atau eksternal? Karna masalah pribadi atau karena kebijakan perusahaan atau suasana kerja itu perlu diketahui dengan tepat.
Dampak banyaknya resign bagi perusahaan :
Untuk sementara mengganggu bahkan bisa menurunkan tingkat produktivitas
Bisa menimbulkan keresahan atau perasaan kehilangan karyawan lain
Bisa menurunkan semangat kerja
Menurunkan citra perusahaan dimata masyarakat.
Yang perlu dilakukan pihak manajemen/perusahaan :
Jika ada yang ajukan resign, perlu ditanyakan sebab yang sesungguhnya. Tak sedikit yang tidak bersedia menyebutkan sebab yang sesungguhnya. Jadi harus pandai-pandai memancing atau menggali, caranya dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang menjebak.
Sedapat mungkin mempertahankan karyawan yang akan resign, terutama jika ia termasuk karyawan bintang. Caranya dengan memenuhi apa yang menyebabkan resign. Misalnya : masalah gaji atau posisi/divisi, karena merasa tak cocok dengan penempatannya yang sekarang. Bisa dengan memberi kenaikan gaji, melakukan rotasi atau mutasi.
Memberi penjelasan kepada karyawan satu divisi supaya tidak terjadi pemutarbalikan fakta. Juga untuk menenangkan atau menstabilkan situasi.
Mendelegasikan tanggungjawab staf yang resign kepada staf yang lain, sehingga tidak terjadi kekosongan. Menunjuk yang benar-benar tepat dan sesuai !
Segera mencari pengganti yang tepat sehingga semua proses berjalan seperti semula. Kalau yang resign karyawan bintang, perlu ada kebijaksanaan dan ketegasan, apakah posisinya diganti satu atau beberapa orang.
Segera melakukan rekrutmen dan tidak menunda.
Kepada penggantinya, benar-benar dibekali segala sesuatu yang berhubungan dengan tugasnya.
Pihak perusahaan melakukan evaluasi, apakah sudah melakukan hal-hal berikut :
Tercipta suasana kerja yang harmonis : tidak ada saling mencurigai dan saling menjatuhkan atau pencurian informasi.
Ada pengakuan/penghargaan dari pihak manajemen terhadap karyawan berprestasi. (berlaku sistim reward dan punishment). Karena biasanya hanya ada
punishment, berupa sanksi-sanksi pelanggaran.
Kharisma pemimpin mampu menciptakan kebersamaan. Karena hal ini penting untuk menciptakan kerjasama.
Hal-hal yang perlu dilakukan oleh mereka yang resign :
1 Siap untuk menyesuaikan diri dengan perusahaan baru.
2. Sadar bahwa ia memasuki dunia baru dengan sistim baru dan suasana kerja baru.
3. Memiliki semangat perubahan sehingga segera mampu menyesuaikan diri dengan situasi.
4. Siap membaur dengan semua yang baru dan berbeda.
5. Mengetahui dan menemui siapa yang dianggap senior dan disegani di tempat kerja yang baru.
6. Bersedia bertanya kepada yang senior sehingga cepat menyesuaikan diri.
7. Meningkatkan semangat pembelajar (life long learning). Segera melengkapi diri dengan kemampuan atau kecakapan baru.
8. Mengembangkan passion untuk menciptakan prestasi di tempat yang baru. Bukan sebaliknya.
9. Mampu berpikir positif dan mampu memahami situasi baru serta menyesuaikan diri.
10. Mengembangkan perasaan memiliki (sense of belonging) sehingga tidak tergoda untuk menjadi kutu loncat.
Nah, itulah secuplik kisah dan masalah yang mewarnai dunia kerja. Bisa dianggap unik…, bisa dianggap pelik. Tergantung dari kaca mata mana kita memandangnya. Selama lebih 50 tahun saya berkiprah di dunia kerja, baik sebagai atasan maupun bawahan, ada berbagai pengalaman yang merupakan realita dunia kerja. Semua bisa kita hadapi sebagai sesuatu yang wajar, bagai air mengalir, jika kita memiliki kecerdasan emosi. Bagi saya, benar adanya, bahwa IQ mampu membawa kita memasuki dunia kerja, tetapi EQ lah yang mampu membawa kita pada kesuksesan dan kebahagiaan. Itulah yang pernah saya pelajari tentang EQ, baik melalui training secara langsung maupun melalui buku-buku tentang EQ terutama dari Anthony Dio Martin, The Best EQ Trainer Indonesia.
Magdalena Sukartono. Praktisi, konsultan SDM, Trainer, Kolumnis Tetap Rubrik Ketenagakerjaan Harian Kedaulatan Rakyat, Yogyakarta. Pengelola Lembaga Pengembangan SDM Abisatya Paramitra. Lahir di Mayong, Jepara 5 Oktober 1938 dan telah memberikan pelatihan lebih dari 3.000 kali di berbagai wilayah di Indonesia.
0 komentar: