DI KANTOR? PERLU GOOODDD !``````

Dunia kerja memang unik tapi juga pelik. Bisa menyenangkan, tapi juga menyusahkan. Tergantung dimana atau bagaimana kita menyikapinya. Belum lama di HP saya ada tulisan di PP seorang relasi : Love your job but don’t love your company, because you may not know when your company stop loving you. Always leave office on time, dst.
Oleh : Magdalena Sukartono
Dunia kerja memang unik tapi juga pelik. Bisa menyenangkan, tapi juga menyusahkan. Tergantung dimana atau bagaimana kita menyikapinya. Belum lama di HP saya ada tulisan di PP seorang relasi : Love your job but don’t love your company, because you may not know when your company stop loving you. Always leave office on time, dst.

(= Cintailah pekerjaanmu, tapi jangan cintai perusahaanmu. Karena Anda tak tahu, kapan perusahaan berhenti mencintaimu. Selalu tinggalkan kantor tepat waktu…. dst – Dr. APJ. Abdul Kalam). Ketika saya menyapa dan mengatakan bahwa PP nya unik… tapi bagaimana jika terbaca atasan ? Beberapa menit kemudian saya lihat PP nya sudah diganti. Saya bertanya : “Kok diganti ?” Ia menjawab, “Iya, Bu…. takut kebaca Direktur ….”

Di suatu perusahaan, di toilet karyawan… pernah ada coretan pada dinding : “Bos kita goblok atau ndobos ? “ Anehnya, tulisan itu bisa bertahan berbulan-bulan tanpa diketahui Pimpinan. Kesimpulannya seluruh karyawan bisa kompak, tidak ada yang melapor. Atasan tidak pernah mengontrol atau keliling sampai toilet karyawan. Iya, kan ?

Apa sih sebenarnya yang tidak boleh diucapkan atau dilakukan karyawan di Kantor ? Dalam siaran rutin seminggu sekali, pada acara Smart Emotion radiotalk di Smart FM, Anthony Dio Martin pernah membahas tentang hal itu. Ada 10,5 pantangan bagi karyawan tentang hal-hal yang tidak layak dilakukan karena dianggap tidak etis dan menunjukkan rendahnya EQ. Pantangan itu adalah :

1. Bilang diri lebih hebat dari Bos, atau menjelek-jelekkan Bos. 

2. Mensyukuri kemalangan orang di kantor. 

3. Marah dengan mengucapkan kata – kata jorok dan kasar. 

4. Menceritakan rahasia yang dipercayakan kepadanya. 

5. Menghasut atau menciptakan opini negatif di Kantor. 

6. Menjelek-jelekkan selera orang terhadap sesuatu/ seseorang. 

7. Menyerang secara pribadi saat meeting. 

8. Membuat joke yang menyinggung/ membuat orang terluka. 

9. Mengomentari kekurangan fisik teman, baik langsung maupun tidak langsung. di depannya. 

10. Menyebar gosip. 10,5. Menjelekkan agama/kepercayaan orang lain.

Nah… jadi cerita/kisah diatas termasuk pantangan. Iya, kan ? Masalah etika dan etiket sekarang memang sudah banyak dilupakan. Pembaca mau lagi dengar kisah nyata yang tak masuk akal, tapi benar-benar terjadi ? Mantan anak didik saya pernah menangis saat bercerita, bahwa ia terpaksa mengundurkan diri dari perusahaan di Jakarta dan balik di Jogja, karena merasa tak tahan. Kecakapannya sebagai sekretaris dan sikap profesionalnya telah memberinya kesuksesan. Menjadi Sekretaris Eksekutif Pak Dirut. Semua tugas yang penting dipercayakan kepadanya.

Hal ini membuat iri salah satu staf admin yang sangat menginginkan posisi tersebut. Suatu hari terjadi kehebohan, karena isteri Dirut datang di kantor dan marah-marah. Mau tahu masalahnya ? Ha ha haaa… lucu deh….Karena ia telah menemukan sebuah celana dalam wanita yang masih baru di dalam tas kerja suaminya. Langsung yang kena semprot adalah sekretaris eksekutifnya. 

Beruntung, akhirnya masalah bisa diatasi. Terbongkar rahasianya, berkat kesaksian seorang satpam yang secara kebetulan memergoki si staf admin itu saat baru saja menjauh dari meja kerja Pak Dirut .Pada waktu ruangan kosong dan Pak Dirut sedang berada di luar. Yah… kecemburuan telah membuahkan tindakan yang sangat tidak etis… yang mampu menghancurkan karir seseorang…

EQ atau kecerdasan Emosi memang harus dikembangkan, supaya kita bisa memiliki pribadi yang berkarakter. Yang tidak melakukan 10,5 pantangan seperti yang dikatakan Anthony Dio Martin. Perlu bersikap benar dan baik di kantor. Ya….PERLU GOOODDD !

*Juga dimuat di Harian Kedaulatan Rakyat Jogja pada tanggal 17 Juni 2015

Magdalena Sukartono. Praktisi, konsultan SDM, Trainer, Kolumnis Tetap Rubrik Ketenagakerjaan Harian Kedaulatan Rakyat, Yogyakarta. Pengelola Lembaga Pengembangan SDM Abisatya Paramitra. Lahir di Mayong, Jepara 5 Oktober 1938 dan telah memberikan pelatihan lebih dari 3.000 kali di berbagai wilayah di Indonesia.