Dwi Kurniawan (Direktur Strategi & Pengembangan Sistem Informasi, Otoritas Jasa Keuangan). [Foto: Abdul Aziz] |
Begitu berdiri, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) harus segera “berlari” karena ada total 12 ribu triliun aset perbankan dan non-perbankan, serta kapitalisasi pasar modal yang harus diawasi. Belum lagi jutaan konsumen industri keuangan yang harus dilindungi dan diedukasi. Bagaimana departemen teknologi informasi (TI) OJK menangani ini?
Setelah Bank Indonesia dan Bapepam-LK tidak lagi terlibat dalam pengawasan dan pengaturan industri keuangan, tugas tersebut diambil alih oleh OJK. Ditambah lagi OJK harus mengedukasi dan memberi perlindungan terhadap konsumen jasa keuangan.
“Termasuk kami di TI pun harus mendukung tugas tersebut.
Dan, tanpa TI, mungkin kami tidak bisa segera ‘berlari’ dan dengan cepat memberi manfaat bagi masyarakat,” cetus Dwi Kurniawan (Direktur Strategi dan Pengembangan Sistem Informasi, OJK).
Strategi TI yang selaras fungsi OJK harus disusun dari nol. Di sisi lain, karena mengemban tugas gabungan dari BI dan Bapepam-LK, Dwi dan timnya harus memilah dan memilih lebih dari seratus sistem informasi “warisan” kedua lembaga tadi, sesuai kebutuhan. Dan, semua itu harus dilakukan Departemen Pengelolaan Sistem Informasi OJK dengan cepat, dengan sumber daya manusia yang masih terbatas.
Tak mungkin melakukan semua sekaligus dalam waktu singkat dengan kondisi kelangkaan SDM, Dwi Kurniawan memulai dengan prioritas. “Yang pertama saya lakukan adalah menyusun rancang bangun sistem informasi 2014-2017, agar pengembangan TI OJK terarah, efsien, dan efektif,” papar bapak dua putra dan satu putri ini.
Setelah rancang bangun yang memuat arsitektur bisnis, informasi, aplikasi, dan infrastruktur TI ini selesai digarap, Dwi mulai merekrut dan memfokuskan SDM TI OJK untuk mengembangkan infrastruktur dan aplikasi yang penting dan strategis.
“Tanpa TI, mungkin OJK tidak bisa segera ‘berlari’ dan dengan cepat memberi manfaat bagi masyarakat,” cetus Dwi.
Setelah empat tahun berjalan, saat ini OJK sudah memiliki katalog layanan sistem informasi yang memuat hampir enam puluh aplikasi untuk pengguna internal maupun eksternal. Di antaranya adalah aplikasi pelaporan (e-reporting) dan sistem informasi pengawasan untuk institusi perbankan, nonbank, dan pasar modal.
“Kami juga membuat dashboard untuk Dewan Komisioner OJK, agar mereka dapat mengetahui tren [industri keuangan] saat ini dan mengambil keputusan dengan cepat,” imbuh MBA Information System lulusan The George Washington University-School fo Business, AS itu.
“Tanpa TI, mungkin OJK tidak bisa segera ‘berlari’ dan dengan cepat memberi manfaat bagi masyarakat,” cetus Dwi. |
Untuk perlindungan dan edukasi konsumen, OJK menyiapkan mini-site Sikapi Uangmu yang memuat layanan dan informasi edukasi konsumen; dan Financial Customer Care, yakni layanan contact center untuk menangani keluhan konsumen sektor jasa keuangan.
Selain berkutat dengan kebutuhan TI internal, pehobi taichi ini dan timnya juga harus siap memberi dukungan konsultasi teknis kepada pelaku industri keuangan dan pemerintah, serta berkoordinasi secara intensif dengan berbagai instansi terkait. Kesibukan luar biasa memang harus dijalani Dwi Kurniawan setiap hari.
Mungkin salah satu momen di mana pria kelahiran Solo ini terlepas dari kungkungan dunia teknologi adalah saat ia membaca buku cerita, hobinya sejak kanak-kanak.
Membaca buku cerita, menurut Dwi Kurniawan, akan membawanya pada berbagai cerita kehidupan tanpa ia harus menjalaninya sendiri, dan mungkin di saat itu ia juga tak perlu berlari.
0 komentar: