RIZKY FITHRIANDA: MENJAGA STANDAR LAYANAN TI SEKELAS BANK DI OCBC SEKURITAS

RIZKY FITHRIANDA: MENJAGA STANDAR LAYANAN TI SEKELAS BANK DI OCBC SEKURITAS
Rizky Fithrianda (IT Head, PT OCBC Sekuritas Indonesia). [Foto: Abdul Aziz]
Fokus adalah kata kunci yang dipegang oleh Rizky Fithrianda selama hampir lima belas tahun berkarier di dunia TI. Sejak pertama kali mengecap pengalaman kerja menjadi operator warnet (warung internet) sambil menyelesaikan kuliah, ia telah menetapkan hati untuk menekuni bidang infrastruktur dan jaringan.

“Saya sempat berpikir untuk pindah ke bidang programming karena melihat peluang kerja yang lebih banyak. Tapi, niat itu saya urungkan. Saya yakin semua bidang ada rezekinya. Kalau kita tetap fokus pada jalur yang dipilih, di satu titik nanti kita akan merasakan kesuksesan,” ungkap alumnus Teknik Komputer Universitas Gunadarma itu.

Keyakinan itulah, diiringi kemauan untuk terus belajar hal-hal baru, yang membuat ilmu dan wawasan teknologi Rizky makin bertambah. Pengalaman sebagai operator dan teknisi warnet adalah bekal awalnya untuk memahami sistem dan jaringan. Aneka teori yang ia peroleh di kampus bisa dipraktikkan di dunia nyata. Apalagi, pada tahun 2000-an itu, koneksi internet yang andal masih sulit ditemui.

Setelah lulus kuliah, Rizky pernah bekerja sebagai staf TI di Universitas Indonesia dan membantu penerapan open source. Kemudian, ia menjajal peran selaku administrator sebuah situs e-commerce. Dari situ, ia mulai mengenal industri finansial sampai berpindah ke penyedia layanan internet banking, pengelola private equity fund, dan kini berlabuh di perusahaan sekuritas.

Tulang Punggung Perusahaan

Bekerja di perusahaan sekuritas seperti OCBC Sekuritas merupakan tantangan tersendiri bagi Rizky.

Bisnis inti perusahaan ini adalah melayani nasabah yang ingin melakukan jual beli saham. Transaksi bisa terjadi kapan saja selama lantai bursa dibuka. Proses bisnisnya pun sangat kritis karena harga saham bisa berubah dalam hitungan detik. Oleh karena itu, ketersediaan infrastruktur dan aplikasi TI yang cepat, andal, dan aman memegang peranan sangat besar di dalam bisnis ini.

“Jangan sampai waktu nasabah mau menyelesaikan pembelian saham, ada problem di sistem sehingga transaksi tertunda. Saat sistem bisa diakses lagi, harga ternyata sudah berubah. Kami harus mencegah kejadian seperti itu,” kata Rizky.

RIZKY FITHRIANDA: MENJAGA STANDAR LAYANAN TI SEKELAS BANK DI OCBC SEKURITAS
“Kalau ada problem yang levelnya critical, kami harus bisa respons cepat, kurang daripada lima belas detik,” kata Rizky Fithrianda.
Sejak Bursa Efek Indonesia (BEI) memperkenalkan sistem remote trading yang memungkinkan semua nasabah melakukan jual beli saham dari jarak jauh, divisi TI sudah dianggap faktor kompetitif di semua perusahaan sekuritas. Mereka senantiasa harus update dengan teknologi terbaru karena inilah salah satu pertimbangan utama nasabah dalam memilih perusahaan sekuritas.

Tidak berlebihan kalau TI disebut sebagai tulang punggung karena seluruh sistem, dari front office sampai back office, telah terhubung secara online. Infrastruktur bukan hanya disediakan untuk kebutuhan internal, melainkan juga untuk melayani nasabah. Sistem yang digunakan harus terjamin dari segi kecepatan dan keamanan agar nasabah nyaman dalam bertransaksi layaknya menggunakan internet banking. “Kalau ada problem yang levelnya critical, kami harus bisa respons cepat, kurang daripada lima belas detik. Bahkan kurang dari lima detik kalau sifatnya emergency. Semua sistem dan jalur telekomunikasi mesti redundan. Saat primary bermasalah, secondary bisa langsung backup. Itu auto failover, tanpa perlu user interrupt,” papar pehobi motor touring tersebut.

Bagi Rizky, divisi yang ia pimpin harus mampu memberikan layanan premium kepada internal user maupun customer. Ia pun memegang teguh SLA (Service Level Agreement) yang telah disetujui bersama. Pasalnya, ia menyadari bahwa TI sangat berpengaruh terhadap keberlanjutan bisnis dan profit perusahaan.

Dari sisi regulasi pun, BEI memang mewajibkan setiap perusahaan sekuritas memiliki business continuity plan (BCP) demi melindungi kepentingan nasabah.

Ketika disinggung mengenai ancaman keamanan yang sering menghantui institusi finansial, tak terkecuali perusahaan sekuritas, Rizky merujuk kepada pedoman keamanan dari OCBC Group yang berpusat di Singapura. Semua perimeter keamanan, seperti password dan enkripsi, harus ada dan minimal sama atau lebih tangguh daripada peraturan global. “Kami bisa bersaing kok, dengan security di bank,” tukas penunggang motor sport Ducati ini.

Perlindungan keamanan ini juga diperiksa secara berkala melalui proses audit, baik dari pihak internal, regional, maupun regulator (OJK dan BEI). Audit yang dilakukan 3 – 4 kali setahun ini bertujuan untuk mencari vulnerability atau celah keamanan di dalam sistem yang diimplementasi. “Selama ini, kami selalu berhasil mencapai zero finding dalam audit. Artinya, tidak ada isu keamanan yang ditemukan auditor,” imbuh Rizky.

Dalam satu tahun mendatang, Rizky ingin mengembangkan sebuah sistem one-stop service yang bisa mengakomodasi kebutuhan dan fungsi di semua lini, contohnya finance, settlement, customer service, dan sales. Fungsi yang masih berjalan manual diharapkan dapat berjalan otomatis. Tantangannya yaitu mengintegrasikan fungsi yang berbeda-beda ke dalam satu sistem yang bisa kompatibel dengan sistem existing.

Percaya Sertifikasi

Jika melongok profil LinkedIn Rizky, kita akan menemukan gelar-gelar dari sejumlah program sertifikasi yang pernah ditempuhnya, antara lain di bidang infrastruktur, keamanan, dan project management.

Untuk Rizky, sertifikasi adalah hal yang penting sebagai pengakuan terhadap pengetahuannya, terutama untuk produk dan teknologi yang menjadi peminatannya. “Sehingga kalau ada produk baru di kantor, saya tidak lagi asing dan sudah bisa menanganinya,” kata dia.

Sertifikasi juga menjadi bekal berguna bagi SDM TI lokal untuk bersaing di dunia kerja. Terlebih dalam menghadapi MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) yang mulai berlaku akhir tahun ini. Rizky yakin bahwa SDM TI lokal punya kemampuan yang tidak kalah dibandingkan ekspatriat. Hal ini berdasarkan pengalaman kerjanya di perusahaan equity fund multinasional dengan kantor di Swiss, Amerika Serikat, dan Singapura, tapi pengelolaan TI-nya dipercayakan di Indonesia.

Atas dasar itulah, di waktu luangnya, Rizky bersama beberapa temannya mencoba menggelar pelatihan TI bagi anak-anak SMP dan SMA. Tujuannya untuk memperkenalkan mereka dengan teknologi di balik komputer dan internet. Ia berharap, anak-anak ini tidak hanya menjadi pengguna, tetapi dapat menciptakan sesuatu yang baru pada masa depan