ANTONIUS AGUS SUSANTO & HARIJONO SUWARNO: MULTIPOLAR YANG TIDAK LELAH BELAJAR

Multipolar pun sempat bekerjasama dengan BCA untuk membuat aplikasi perbankan Artomoro. Dari sanalah, Multipolar mulai berkonsentrasi untuk melayani klien-klien dari industri perbankan. “Hingga saat ini, dua per tiga bisnis kami datang dari perbankan. Sisanya dari telco, manufaktur, dan sebagainya,” ungkap Antonius Agus Susanto (Wakil Presiden Direktur, PT Multipolar Technology, Tbk.) [Mulai 10 April 2014, Agus menjabat sebagai Komisaris Independen.red].
Antonius Agus Susanto (kiri) dan Harijono Suwarno, dua petinggi Multipolar. [foto: InfoKomputer]
Orang-orang yang pernah mengalami hidup di era 1970-an pasti mengenal konsol game Atari. Siapa yang menyangka, distributor Atari di Indonesia pada waktu itu kini telah menjelma menjadi salah satu perusahaan TI papan atas di tanah air?

Ya, Multipolar Technology memang mengawali usahanya pada tahun 1975 sebagai distributor produk elektronik, seperti televisi dan konsol Atari. Tapi, titik tolak mereka dimulai pada tahun 1984, ketika dipercaya menjadi agen tunggal mesin Monroe, cikal bakal core banking system, yang digunakan oleh hampir semua bank pada masa itu.

Multipolar pun sempat bekerjasama dengan BCA untuk membuat aplikasi perbankan Artomoro. Dari sanalah, Multipolar mulai berkonsentrasi untuk melayani klien-klien dari industri perbankan. “Hingga saat ini, dua per tiga bisnis kami datang dari perbankan. Sisanya dari telco, manufaktur, dan sebagainya,” ungkap Antonius Agus Susanto (Wakil Presiden Direktur, PT Multipolar Technology, Tbk.) [Mulai 10 April 2014, Agus menjabat sebagai Komisaris Independen.red].

Pada perjalanannya, Artomoro kemudian digantikan oleh BankVision, aplikasi perbankan asing yang lisensi dan source code-nya dibeli penuh oleh Multipolar. BankVision kemudian dikustomisasi sehingga sesuai dengan regulasi-regulasi terbaru Bank Indonesia. Aplikasi ini telah dipakai oleh perbankan di Indonesia, antara lain bank pembangunan daerah dan bank-bank swasta.

BankVision hanyalah salah satu solusi yang dimiliki Multipolar. Sebagai system integrator yang menguasai bidang infrastruktur dan business solution, Multipolar mempunyai banyak partner bisnis. Pada tahun 2013, mereka adalah business partner IBM terbesar di Indonesia dengan nilai investasi rata-rata US$30 juta dolar per tahun. Layanan lainnya dari Multipolar meliputi jasa konsultan untuk membuat IT blueprint bagi perusahaan-perusahaan lokal, seperti Telkom, PLN, dan Pertamina.

Menariknya, Multipolar pun mempunyai beberapa anak usaha yang bergerak di bidang, seperti IT oursourcing, mobile payment, dan data center. “Sekarang, data center kami sudah melayani pusat perbelanjaan Matahari dan beberapa bank. Melihat potensi yang ada, kami akan membangun data center yang lebih besar,” ujar Agus.

Sepanjang perjalanannya, Multipolar merekam berbagai prestasi. Salah satunya sebagai IBM Business Partner pertama di Indonesia. Mereka juga adalah perusahaan TI pertama yang go public, bahkan sebanyak dua kali. Pertama, tahun 1989, ketika masih bernama PT Multipolar, dan kedua pada tahun 2013 ketika sudah di-spin-off bernama PT Multipolar Technology. Mereka pun mencatat rekor sebagai system integrator pertama di Indonesia yang memperoleh penghasilan sebesar Rp1 triliun pada tahun 2011.

Tantangan utama bagi Multipolar adalah membuat tim yang punya kompetensi andal dan berkualitas. Bagi Agus, nyawa dalam menjalani bisnis itu ada di manusia. Karena TI merupakan bisnis yang dinamis, pelakunya tidak boleh lelah untuk belajar. “Sepanjang sumber daya bisa kita develop dan maintain dengan baik, bisnis akan terus hidup,” ujarnya.

Tantangan lainnya adalah membuat kompetensi baru dengan timing yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan pasar. Yang juga tidak kalah menyulitkan ialah saat persaingan mulai diwarnai vendor luar negeri. “Susahnya, perusahaan lokal seperti kami dianggap harus menawarkan harga murah. Kalau asing, boleh mahal,” kata Agus.

Padahal, kualitas perusahaan asing belum tentu lebih baik daripada perusahaan lokal. Harijono Suwarno (Presiden Direktur, PT Multipolar Technology, Tbk.) mengisahkan, salah satu kliennya pernah mengakui bahwa IT masterplan dari Multipolar benar-benar dapat diterapkan di perusahaannya. “Bedanya, perusahaan luar lebih banyak menggurui, sementara kami mau mendengarkan kebutuhan klien sehingga solusinya lebih membumi,” tukasnya [Mulai 10 April 2014, Harijono menjabat sebagai Komisaris.red].

Harijono mengungkapkan, dari segi revenue, Multipolar mungkin salah satu kontributor terkecil di antara unit-unit bisnis lainnya di bawah Grup Lippo. Tapi, mereka tetap bertahan karena posisinya yang strategis dalam mengembangkan seluruh lini bisnis Grup Lippo, seperti properti, ritel, dan rumah sakit. “Jika sudah bisa melayani grup ini dengan baik, kami dapat membawa contoh sukses ini ke luar untuk melayani pihak lain yang memerlukan servis seperti itu,” tuturnya.