INILAH TREN DATA CENTER DI 2015 VERSI EMERSON NETWORK POWER

“Sebagai pasar berkembang yang selalu memperhatikan teknologi baru, pasar data center lokal Indonesia menjadi bagian penting dari ekonomi digital. Dengan adanya big data, otomasi, dan virtualisasi, provider data center harus bisa lincah dan fleksibel dalam menghadapi lanskap Teknologi Informasi dan Komunikasi yang terus berubah dan memenuhi tuntutan bisnis yang juga selalu berubah,” terang Susilo Hadi Sumarsono (Country Manager, Emerson Network Power Indonesia).
Emerson Network Power, salah satu cabang bisnis Emerson, mengidentifikasi enam tren penting data center yang perlu diperhatikan di tahun 2015 ini. Ini seiring upaya operator data center untuk mencari cara merespons kondisi pasar yang dinamis secepat dan seefisien mungkin.

“Sebagai pasar berkembang yang selalu memperhatikan teknologi baru, pasar data center lokal Indonesia menjadi bagian penting dari ekonomi digital. Dengan adanya big data, otomasi, dan virtualisasi, provider data center harus bisa lincah dan fleksibel dalam menghadapi lanskap Teknologi Informasi dan Komunikasi yang terus berubah dan memenuhi tuntutan bisnis yang juga selalu berubah,” terang Susilo Hadi Sumarsono (Country Manager, Emerson Network Power Indonesia).

Menurut Emerson, berikut ini adalah enam tren yang memengaruhi pengambilan keputusan yang dilakukan oleh desainer, operator, dan manajer data center:

Komputasi awan (cloud computing) harus berkembang

Dalam ekosistem data center, komputasi awan telah begitu kuat karena hampir semua perusahaan telah menggunakan software-as-a-service (SaaS) dalam beberapa bentuk. Saat ini komputasi awan sudah siap untuk berkembang dari sekadar SaaS menjadi sebuah pendorong inovasi. Organisasi yang berpikiran maju mulai menyatukan layanan berbasis komputasi awan seperti analitis, kolaborasi, dan komunikasi untuk lebih bisa memahami pelanggan mereka dan menghadirkan produk dan layanan baru secara lebih cepat. Hasilnya, makin banyak perusahaan yang akan mengelola lingkungan hybrid di mana sumber daya TI lokal (on-premise) didukung oleh pemanfaatan layanan awan dan kolokasi secara strategis untuk meningkatkan utilisasi, ketahanan, dan fleksibilitas. Terkait provider komputasi awan, mereka harus menunjukkan kemampuan untuk bisa cepat berubah dengan tetap konsisten memenuhi service level agreement, agar bisa berkembang di lingkungan yang makin kompetitif. Provider komputasi awan akan mendorong inovasi di industri karena mereka mengadopsi teknologi dan praktik yang menghasilkan keandalan tinggi dengan biaya serendah mungkin.

Integrasi memperluas jangkauan

Sistem terintegrasi dikembangkan untuk membantu organisasi menjalankan dan mengubah aplikasi dengan lebih cepat sekaligus mengurangi risiko dan biaya total. Seiring dengan banyaknya perubahan yang terjadi karena didorong oleh inovasi, digitalisasi, dan mobilitas, kebutuhan akan kecepatan yang menyediakan integrasi dan konvergensi menjadi makin besar. Hasilnya, integrasi dan konvergensi berkembang dari sekadar tumpukan TI menjadi sistem yang mendukung tumpukan tersebut. Yang paling jelas, fasilitas data center saat ini didesain dan dibangun dari modul terintegrasi dan prefabrikasi. Pendekatan baru terhadap perkembangan fasilitas ini memungkinkan berbagai organisasi, contohnya Facebook, mengembangkan data center yang bisa disesuaikan dan berkinerja tinggi dengan waktu pengembangan sebesar tiga puluh persen lebih cepat dibanding menggunakan proses pembangunan tradisional. Dengan menggabungkan kemampuan seperti cepatnya pemanfaatan, skalabilitas bawaan, dan kinerja yang memuaskan, pendekatan ini menjadi alternatif yang menarik untuk mendukung kapasitas IT tambahan.

Konvergensi bergerak ke arah makro

Sistem teknologi bukanlah satu-satunya hal yang mengalami konvergensi. Industri telekomunikasi dan TI bergerak makin mendekat karena saat ini layanan suara dan data dinikmati bersamaan di satu perangkat. Bahkan, lebih dari separuh partisipan dalam proyek Data Center 2025 memprediksi bahwa setidaknya sebanyak 60 puluh persen fasilitas jaringan telekomunikasi pada 2025 adalah data center, dan 79 persen memperkirakan paling tidak separuh perusahaan telekomunikasi akan menjadikan fasilitas kolokasi sebagai bagian dari jaringan mereka. Konvergensi ini akan mendorong lebih banyak standardisasi dalam hal teknologi yang digunakan untuk mendukung layanan suara dan data, serta meruntuhkan sekat yang dahulu hadir di antara kedua fungsi penting ini.

Software membuka jalan bagi lebih banyak software

Virtualisasi menjadi salah satu tren paling penting di industri data center dalam dua puluh tahun terakhir. Dampak dari pengaruh ini akan terus mendorong perubahan ke arah masa depan terprediksi karena virtualisasi lebih dari sekadar komputasi ke jaringan dan storage. Salah satu tantangan utama dari revolusi virtual ini adalah manajemen hardware. Banyak perusahaan yang kurang memiliki visibilitas untuk mengelola kinerja sistem virtual dan fisik, dan celah ini harus ditambal untuk membuka jalan bagi software-defined data center (SDDC). Data Center Infrastructure Management (DCIM) hadir untuk menutup celah ini dan para pengguna awal DCIM membuktikan manfaatnya. Menurut penelitian tahun 2013 mengenai hilangnya daya atau pemadaman data center yang dilakukan oleh Ponemon Institute, data center yang menggunakan DCIM bisa pulih dari pemadaman 85 persen lebih cepat dibanding data center yang tidak menggunakan DCIM.

Manfaat makin kuat

Setelah bertahun-tahun konsolidasi dan sentralisasi, perusahaan TI mulai memperhatikan manfaat jaringan untuk meningkatkan interaksi dengan pelanggan dan aplikasi. Saat perusahaan terus meningkatkan penggunaan analitis, layanan berbasis lokasi, dan content personalisasi, manfaat fasilitas jaringan akan menjadi makin penting dalam mencapai keunggulan kompetitif. Untuk memanfaatkan peluang ini dibutuhkan infrastruktur standar, pintar, dan availabilitas tinggi yang dijalankan dekat dengan pengguna. Seperti halnya perusahaan yang berjuang untuk mengimbangi permintaan komputasi di dekade pertama abad ini, perusahaan yang tidak menjawab isu jaringan yang berhubungan dengan manfaat jaringan tidak akan bisa mengimbangi ledakan pertumbuhan lalu lintas jaringan.

Keamanan menjadi fokus baru

Berbicara mengenai mitigasi risiko, manajer data center hanya memiliki satu fokus: mencegah downtime. Meski downtime tetap menjadi risiko besar, sebuah ancaman baru muncul dalam bentuk ancaman keamanan cyber. Ketika salah satu pelanggaran keamanan besar dalam delapan belas bulan terakhir jejaknya mengarah ke sistem HVAC, manajer data center dan spesialis keamanan TI mulai memperhatikan. Manajer data center dan fasilitas harus meningkatkan kerjasama dengan tim keamanan TI mereka untuk mengaudit teknologi dan software perangkat data center untuk memastikan keamanannya serta mengevaluasi keamanan yang dilakukan oleh kontraktor dan provider layanan yang memiliki akses ke perangkat di atas.

“Pada 2015, kami memperkirakan data center akan mengadopsi strategi baru agar efisien, andal, dan lincah untuk mendukung pertumbuhan bisnis di masa depan. Apa yang kami lihat adalah teknologi manajemen infrastruktur generasi baru yang muncul dan menjembatani jurang antara fasilitas dan sistem TI, serta menyediakan kontrol data center terpusat. Solusi terpadu kami terdiri dari pemanfaatan data center tunggal atau data center modular yang dilengkapi dengan solusi daya, solusi manajemen panas, dan solusi monitoring untuk efisiensi dan ketersediaan maksimal, sekaligus meningkatkan kecepatan pemanfaatan,” ujar Susilo.