DI TAHUN 2020, JUMLAH BIG DATA AKAN MENCAPAI 140 ZETTABYTES

Pertumbuhan data sebanyak itu disebabkan oleh semakin mudah dan cepatnya orang dalam membuat data, dari desktop maupun mobile, berupa teks, foto, maupun video. Ledakan data yang dikenal sebagai big data tersebut memang bukan hal yang baru karena telah muncul sejak tahun 1970-an. Tapi, perbedaannya terletak pada perlakuan terhadap kumpulan data itu.
Pada tahun 2012, jumlah informasi yang dibuat dan direplikasi telah melampaui 2,8 zettabytes (setara 2,8 triliun gigabyte) atau tumbuh hingga 9 kali lipat hanya dalam 5 tahun. Sementara itu, pada tahun 2020, jumlah data yang disimpan diperkirakan akan berjumlah 50 kali lebih besar jika dibandingkan pada tahun 2012.

Pertumbuhan data sebanyak itu disebabkan oleh semakin mudah dan cepatnya orang dalam membuat data, dari desktop maupun mobile, berupa teks, foto, maupun video. Ledakan data yang dikenal sebagai big data tersebut memang bukan hal yang baru karena telah muncul sejak tahun 1970-an. Tapi, perbedaannya terletak pada perlakuan terhadap kumpulan data itu.

Pada masa kini, big data dituntut untuk menjadi sumber berharga yang dapat diolah dan dianalisis menjadi informasi yang berguna dalam menjalankan bisnis dan menentukan keputusan terbaik. “Teknologi dan praktik terbaik baru atas big data saat ini menjadi semakin menarik, bahkan dapat dikatakan ‘macho‘ untuk bekerja dengan puluhan terabyte data. Manfaatkanlah big data dan lakukan analytics untuk mendapatkan wawasan yang baru untuk kepentingan bisnis,” tukas Peter Sugiapranata (Sales Director, SAS Indonesia).

Atas dasar itulah, SAS mengisi salah satu sesi dalam acara Big Data Week 2015 yang digelar di Hotel Ritz-Carlton Pacific Place, Jakarta, pada 9 – 10 Maret 2015. Konferensi dengan tema “Big Data, Big Ideas: Building Competitive Edge through Data Driven Strategies” ini menghadirkan Profesor Thomas Davenport dari Babson College, yang juga dosen di Harvard University dan Massachusetts Institute of Technology dan penulis sejumlah buku tentang Big Data Analytics sebagai pembicara utama.

Melalui partisipasi dalam acara ini, SAS menunjukkan kemampuannya dalam bidang analytics sebagai pemimpin kuadran Gartner, 2015 Magic Quadrant for Business Intelligence and Analytics Platforms. SAS akan meningkatkan pemahaman para peserta mengenai bagaimana big data analytics dapat meningkatkan keunggulan kompetitif dengan cara mengikutsertakan data analytics sebagai bagian dari proses pengambilan keputusan.

Dengan analytics, para data scientist dan yang lainnya dapat menganalisis data dalam jumlah yang besar di mana solusi konvensional analytics dan business intelligence (BI) tidak dapat melakukannya. Pertimbangannya adalah big data analytics memungkinkan perusahaan dapat mengakumulasi miliaran baris data dengan ratusan juta data sebagai kombinasi dari banyak tempat penyimpanan data dan juga dalam format yang beragam.

High-performance analytics diperlukan untuk dapat memproses data dalam jumlah besar tersebut dalam rangka untuk mencari tahu apa yang penting dan yang tidak.