![]() |
Natali Ardianto (Chief Technology Officer, Tiket.com) [Foto: Shinta Meliza] |
Bagi Natali Ardianto, Tiket.com adalah perusahaan ketiganya. Sebelum bekerja di sini, ia pernah turut mendirikan perusahaan startup Urbanesia dan Golfnesia. Selain memegang posisi co-founder, ia juga berperan selaku Chief Technology Officer di ketiga perusahaan tersebut.
Tak heran, meskipun masih berusia relatif muda, Natali sudah memiliki segudang pengalaman di bidang TI, baik di sisi hardware/infrastruktur maupun development sistem. Pengalaman inilah yang ia aplikasikan dalam kesehariannya menangani TI di Tiket.com.
Mengusung slogan “one stop travel and entertainment gateway”, Tiket.com menyediakan pemesanan tiket pesawat, tiket kereta api, tiket event, hotel, dan sewa mobil. Setiap hari, mereka melayani rata-rata 3.000 transaksi (data per Januari 2014, saat wawancara dilakukan. red). Angka ini bisa melonjak berkali-kali lipat di saat musim liburan, seperti Tahun Baru dan Lebaran, atau ketika diadakan promo campaign, misalnya diskon harga tiket.
Sebagai perusahaan yang layanannya berbasis online, IT development adalah tulang punggung Tiket.com, di samping marketing & promotion. Menyadari hal tersebut, Natali berhasil meyakinkan manajemen untuk berani berinvestasi di sumber daya manusia di bidang TI.
Di Tiket.com, biaya untuk tim TI mendapat jatah paling besar. Sebagian besar untuk karyawan. Apa alasannya? “Menurut saya, di industri TI Indonesia, mendapatkan orang talented itu lebih mahal daripada biasanya. Makanya, kami berani invest lebih untuk human resources. Perks untuk karyawan sangat lengkap. Benefit kesehatan, bonus, insentif, sampai makan siang sudah di-cover,” papar pria yang akrab disapa Ade ini.
Namun, di balik imbalan yang besar, terdapat tanggung jawab yang berat pula. Selama dua setengah tahun usia Tiket.com, banyak tantangan yang dihadapi Natali Ardianto beserta anak buahnya. “Website yang tidak bisa diakses, itu sudah masalah standar. Kami juga pernah kena serangan DDoS (Distributed Denial of Service). Masalah itu hanya bisa dimitigasi–dikurangi dan ditahan, bukan diselesaikan,” ujarnya.
Untuk mengantisipasi problem teknis seperti itu, Natali menerapkan beberapa langkah. Salah satunya, memanfaatkan solusi bare metal cloud–layanan komputasi awan dengan menyewa server fisik. Sebelumnya, Tiket.com pernah menggunakan pure cloud. Tapi, ternyata bare metal cloud menawarkan sejumlah kelebihan. “Spesifikasinya bisa sangat detail, dari level motherboard, CPU, memory, sampai hard disk. Kalau cloud service biasa, [terpaku pada] instance type: small, medium, big. Yang bisa dimanipulasi hanya jumlah hard disk,” tukas Natali.
Dari segi biaya, bare metal cloud juga lebih meringankan karena tidak perlu mengadakan server sendiri. Jika ada masalah hardware, cukup meminta penggantian komponen kepada penyedia server. “Pada satu titik ketika kami butuh jumlah server yang lebih banyak, memiliki server fisik bisa lebih murah daripada menyewa. Tapi, saat ini titik itu belum tercapai,” alumnus Universitas Indonesia ini menambahkan.
Saat ini, Tiket.com menyewa lebih dari 30 unit server di Singapura. Jumlah yang cukup banyak ini ditujukan untuk redundancy. Kalau ada satu sistem yang rusak, sistem lainnya tidak terganggu dan menghindarkan layanan dari kemungkinan down. “Di Singapura, bandwidth-nya unlimited. Kalau diserang DDoS, dulu pernah sampai [menghabiskan bandwidth] 1,3GB, nggak usah khawatir. Tinggal minta tambah kapasitas. Jadi, DDoS ditahan di firewall, sementara user yang lain tetap bisa masuk,” kata Natali.
Target Natali untuk tahun 2014 adalah menggandakan jumlah anggota tim IT development yang sekarang diisi 20 orang. Ia pun mulai concern terhadap kebutuhan high availability dan high scalability. Caranya dengan perbaikan source code dan arsitektur. Ia berharap, Tiket.com pada tahun ini sudah mencapai bentuk optimal untuk tiga sampai lima tahun ke depan. Cukup menambah server untuk menjamin ketersediaan dan skalabilitas serta tidak ada single point of failure.
Tantangan-tantangan ini dianggap Natali sebagai sebuah anugerah. “I’m very lucky di Tiket.com ini, [perusahaan ini adalah] learning ground saya,” ungkapnya. Ia merasakan fleksibilitas dari manajemen terhadap dirinya. Segala keputusan yang bersifat teknikal dipercayakan penuh kepadanya. “Karena ini company ketiga saya, jadi based on experience, perhitungannya banyak,” imbuh salah satu inisiator komunitas #StartupLokal tersebut.
Bagi Natali Ardianto, kepercayaan dari manajemen Tiket.com bukanlah hal yang bisa disepelekan. “Karena itu, saya memberikan yang terbaik. [Harus] belajar terus. Nggak ada yang namanya selesai belajar di dalam TI, nggak akan ada titik di mana TI sudah sempurna,” ia menegaskan.
0 komentar: