TAAVI KOTKA: AMBISI 10 JUTA PENDUDUK DIGITAL DI ESTONIA

Pemerintah Estonia percaya bahwa dengan menguasai TI, mereka bisa memberdayakan jumlah penduduk yang minim (1,3 juta jiwa) agar tetap mampu menyokong ekonomi nasional secara efisien.
“Pemerintah adalah monopoli… Oleh karena itu, kami merasakan tekanan yang sangat besar untuk menyediakan layanan publik terbaik karena warga negara kami tak punya opsi lain,” kata Taavi Kotka (Chief Information Officer, Estonia Government). [Foto: www.upload.ee]
Sejak tahun 1990-an, Estonia sudah dikenal sebagai salah satu negara yang paling maju dalam penerapan TI. Seluruh sekolah di negara tersebut telah terhubung dengan internet di akhir tahun 1990-an melalui sistem e-Kool (sekolah elektronik). Siswa-siswi dari sekolah dasar sampai tingkat lanjut diperkenalkan dengan bahasa pemrograman.

Pemerintah Estonia percaya bahwa dengan menguasai TI, mereka bisa memberdayakan jumlah penduduk yang minim (1,3 juta jiwa) agar tetap mampu menyokong ekonomi nasional secara efisien.

Penerapan TI di Estonia berkembang dengan masif setelah memasuki tahun 2000-an. Perlahan-lahan, terbentuklah sistem informasi nasional e-Estonia.

Melalui e-Estonia, setiap warga Estonia berusia minimal 15 tahun diberikan sebuah kartu identitas elektronik yang bisa dipakai untuk melakukan berbagai hak dan kewajiban sebagai warga negara. Mereka dapat melakukan pemilihan presiden secara online, membayar pajak online, serta melakukan pembayaran mobile di alat transportasi dan pusat perbelanjaan.

Di dalam sistem e-Estonia, warga dapat mengakses rekam jejak medis mereka, mengajukan izin pembuatan perusahaan, mendaftarkan aset tanah dan rumah milik pribadi, sampai menyimpan dokumen digital yang dilengkapi dengan digital signature. Semua data dienkripsi demi keamanan. Segala pengurusan ini bisa dilakukan dari perangkat mobile sekalipun.

X-Road

Orang yang berjasa dalam menangani seluruh pengembangan dan penerapan TI di Estonia adalah Taavi Kotka, Chief Information Officer resmi pemerintah sekaligus Deputy Secretary General ICT untuk Kementerian Ekonomi dan Komunikasi Estonia.

Dikutip dari tieto.fi, Kotka menyatakan pemikirannya, “Pemerintah adalah monopoli. Jika Anda tidak suka layanan sebuah bank, Anda bisa berganti bank. Tapi, dengan pemerintah, Anda tidak punya pilihan kecuali berganti kewarganergaraan. Oleh karena itu, kami merasakan tekanan yang sangat besar untuk menyediakan layanan publik terbaik karena warga negara kami tak punya opsi lain.”

Estonia membangun infrastruktur bernama X-Road pada tahun 2001 sebagai “jalan tol” bagi seluruh komunikasi elektronik di antara warga, pemerintah, dan pihak swasta, termasuk untuk mekanisme identifikasi dan autentikasi. X-Road memastikan setiap warga mengetahui data apa saja tentang mereka yang dimiliki pemerintah. X-Road juga mengharuskan setiap lembaga memunyai database yang saling kompatibel.

Kami bisa berbagi pengetahuan tentang cara melakukan layanan-layanan yang bermanfaat bagi masyarakat, mengamankan data layer, dan melindungi data privasi warga negara,” ujar pemegang gelar European CIO of the Year 2014 ini. Dengan ekosistem TI yang sama, Kotka berharap Finlandia dan Estonia dapat membangun hubungan bisnis yang lebih mudah dan saling menguntungkan
Ambisi kami adalah mencapai 10 juta penduduk e-resident (penduduk digital) pada tahun 2025.
Melihat kesuksesan X-Road, Finlandia berencana mengadopsi infrastruktur ini untuk diterapkan di negaranya. Kotka menyambut minat itu dengan baik. Ia malah bersedia membagi X-Road secara gratis kepada negara-negara lainnya. Bagi pria berusia 35 tahun ini, X-Road adalah contoh nyata dari hubungan baik antarnegara untuk berbagi best practice dalam membangun masyarakat digital.

“Kami bisa berbagi pengetahuan tentang cara melakukan layanan-layanan yang bermanfaat bagi masyarakat, mengamankan data layer, dan melindungi data privasi warga negara,” ujar pemegang gelar European CIO of the Year 2014 ini. Dengan ekosistem TI yang sama, Kotka berharap Finlandia dan Estonia dapat membangun hubungan bisnis yang lebih mudah dan saling menguntungkan

e-Residency

Langkah Kotka yang terbilang fenomenal yaitu membuka opsi kartu identitas elektronik di Estonia bagi warga negara asing. Inisiatif ini sebetulnya sudah tercetus sejak tujuh tahun lalu, tapi baru disetujui pemerintah pada April 2014.

Alasan munculnya inisiatif ini untuk membuka keran investasi dari warga negara asing di Estonia. Karena sebelumnya, warga negara asing tidak boleh berpartisipasi aktif dalam jabatan eksekutif di perusahaan di Estonia.

Dalam program ini, warga negara asing dapat mengajukan permohonan untuk memiliki kartu identitas elektronik (e-identity). Jika permohonan disetujui, pemilik kartu identitas elektronik ini dapat melakukan beragam aktivitas dan transaksi bisnis, seperti mengajukan izin pembuatan bisnis, membuka rekening bank. dan membayar pajak, tanpa harus mengunjungi Estonia. Tapi, mereka tidak memperoleh hak pilih ataupun hak berkunjung secara otomatis.

“Ambisi kami adalah mencapai 10 juta penduduk e-resident (penduduk digital) pada tahun 2025. Sekarang ada 80 ribu perusahaan di Estonia. Kalau angka tersebut bisa bertambah dua kali lipat berkat e-residency, itu akan menjadi suatu hal yang besar,” kata Kotka kepada ZDNet.

Sebelum dipercaya sebagai CIO di Estonia, Kotka ialah seorang wirausahawan yang membangun perusahaan perangkat lunak Webmedia. Ia bahkan pernah mendapat penghargaan Entrepreneur of the Year 2011 di Estonia. Oleh karena itu, ia menyadari bahwa ekosistem bisnis di Estonia akan sangat menarik bagi investor dan wiraswastawan asing.

Membuka rekening bank di Estonia hanya butuh satu hari. Dengan modal rekening bank ini, e-resident sudah bisa berbisnis di negara-negara lain yang tergabung dalam Uni Eropa. Estonia pun menerapkan aturan bebas pajak untuk laba perusahaan yang diinvestasikan kembali (reinvested profit).