“Big data adalah suatu keniscayaan,” cetus Prof. Dr. Ir. R. Eko Indrajit, M.Sc., MBA ketika berbicara di acara CIO Sharing yang diselenggarakan majalah InfoKomputer bersama vendor storage, Seagate. Acara yang digelar kemarin (Rabu, 2/4) di Jakarta itu juga menghadirkan para IT leader yang berbagi pengalaman dalam menghadapi tantangan big data.
Suka tak suka, mau tak mau, kita akan berhadapan dengan big data. Tanpa kita sadari, secara individual maupun organisasi, kita telah menghasilkan data dalam jumlah besar. “Misalnya, ketika kita menggunakan Fitbit untuk tahu berapa banyak kalori yang sudah kita bakar,” Jeff Burke, VP Strategic Marketing &Research, Seagate Technology LLC mencontohkan. Fitbit adalah perangkat untuk menjejak aktivitas sehari-hari dengan tujuan kebugaran.
Ke depannya, Jeff melihat potensi pertumbuhan data yang jauh lebih besar lagi, antara lain dengan menjamurnya perangkat berkategori machine to machine dan maraknya internet of things.
Jika big data akan dimanfaatkan untuk menunjang proses pengambilan keputusan, Jeff berharap para IT leader tidak hanya memerhatikan sisi volume data. “Atribut-atribut penting lainnya adalah kecepatan dan variasi atau format data,”ungkapnya di hadapan sekitar 200 profesional TI yang hadir di acara CIO Sharing.
Dua IT leader dari industri yang berbeda juga memaparkan fakta dan tantangan terkait big data yang sudah menghampiri organisasinya. Contoh paling aktual adalah Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) yang merupakan transformasi dari PT Askes.
“Target kami di akhir 2014 ini adalah mengkaver 121 juta peserta , dan di tahun 2019 nanti 205 juta peserta ter-cover oleh JKN,” papar Siswandi (General Manager IT) mengenai besarnya data yang akan dikelola oleh BPJS.
Beberapa hal, menurut Siswandi, akan menjadi pekerjaan rumah yang tidak ringan bagi BPJS. “Pertama adalah bagaimana agar sekitar 20 ribu tempat transaksi pertama memiliki infrastruktur yang mumpuni sehingga data bisa terkoleksi sampai ke pusat dengan baik,” cetusnya. Selain itu, tantangan kualitas data juga menjadi hal yang menjadi perhatian Siswandi dan timnya.
Sementara itu, di industri perbankan, big data sebenarnya bukan sesuatu yang baru. “Karena kami sudah mengenal yang namanya data warehousing dan business intelligence sejak lama,” ungkap Endra Halim (Chief Manager, Core Application Management Head, BCA).
Mendulang informasi dari data menjadi satu keharusan karena persaingan bisnis yang ketat dan tuntutan nasabah kian meningkat. Oleh karena itu, big data analytics memainkan peran penting sebagai alat untuk membantu bank mengenal nasabahnya dan menyajikan layanan yang lebih baik.
Dalam kesempatan presentasinya, Endra Halim membagi tips untuk membangun lingkungan analytics yang kondusif. “IT jangan jalan sendiri, harus engage dengan unit bisnis. Dan IT harus mendapat dukungan dari top management,” ujar Endra. Untuk mengelola data, Endra menyarankan agar divisi TI memerhatikan masalah privasi, kualitas, dan governance dari data.
Di sesi diskusi panel yang dipandu oleh pakar TI Prof. Dr. Ir. R. Eko Indrajit, M.Sc., MBA, para peserta sangat antusias melontarkan pertanyaan yang menurut kami cukup advanced, seperti, proses pembersihan (data cleansing) dan integrasi data.
Dengan pemahaman yang lebih baik mengenai big data, bukan tidak mungkin jika perusahaan/organisasi di Indonesia akan melakukan lompatan dalam hal pemanfaatan kelimpahan data, seperti yang terjadi pada tren enterprise mobility.
Dapatkan materi presentasi dari para pembicara CIO Sharing di sini:
0 komentar: