DENGAN BANTUAN TI, SAATNYA BUMN MENJADI LOKOMOTIF KEMAJUAN BANGSA

Menurut Imam Bustomi (Kepala Bidang Perbankan dan Asuransi Kementrian BUMN sekaligus ketua Forum TI BUMN), beberapa BUMN Indonesia sebenarnya sudah berhasil memanfaatkan teknologi. “Contohnya Pertamina, BRI, Bank Mandiri, dan Semen Indonesia,” kata Bustomi. Namun pria penyuka kopi ini juga mengaku, BUMN yang telah “melek TI” itu relatif masih sedikit jika dibanding seluruh BUMN di Indonesia yang mencapai 119 perusahaan berikut 600 anak perusahaan.
“The Death of Business-IT Alignment”. Demikian kalimat yang tertulis di salah satu presentasi Eko Indrajit. Kalimat itu terbilang berani karena istilah Business-IT Alignment pernah menjadi dogma populer untuk menggambarkan pentingnya TI selaras dengan strategi bisnis perusahaan. Namun menurut Eko, dogma itu sudah tidak relevan. “Karena semua perusahaan kini seharusnya mengandalkan TI untuk maju,” ungkap Eko.

Eko Indrajit mengungkapkan hal itu pada acara “BUMN Day: Tantangan dan Pemanfaatan Teknologi Informasi pada BUMN Indonesia“ yang berlangsung beberapa waktu lalu di Bali.

Acara yang diselenggarakan InfoKomputer ini mengundang petinggi TI di kalangan BUMN dan bertujuan mendorong BUMN Indonesia menjadi lokomotif pembangunan bangsa dengan memanfaatkan teknologi. Acara ini juga melibatkan petinggi solusi teknologi seperti Adi Rusli (Country Manager VMware), Fetra Syahbana (Country Manager F5 Indonesia), serta Yudhi Wiradharma (System Engineering Manager NetApp Indonesia).

Menurut Imam Bustomi (Kepala Bidang Perbankan dan Asuransi Kementrian BUMN sekaligus ketua Forum TI BUMN), beberapa BUMN Indonesia sebenarnya sudah berhasil memanfaatkan teknologi. “Contohnya Pertamina, BRI, Bank Mandiri, dan Semen Indonesia,” kata Bustomi. Namun pria penyuka kopi ini juga mengaku, BUMN yang telah “melek TI” itu relatif masih sedikit jika dibanding seluruh BUMN di Indonesia yang mencapai 119 perusahaan berikut 600 anak perusahaan.

Menurut Bustomi, sumber masalah biasanya terjadi di sisi komunikasi. “Orang TI sering asyik sendiri membicarakan teknologi,” kritik Bustomi. Mereka juga sering gagap jika diminta kajian finansial terkait investasi di bidang teknologi. “Kalau sudah begitu, manajemen pasti sudah tidak tertarik dan cuma melihat divisi TI sebagai cost center,” tambah Bustomi.

Hal ini pun diamini Eko Indrajit. “Anda harus mengungkapkan output—atau kalau bisa outcome—dari inisiatif TI Anda,” ungkap pria yang memiliki pengalaman luas sebagai konsultan tersebut. “Carilah pain point atau masalah terbesar CEO Anda yang bikin mereka tidak bisa tidur nyenyak. Nah, buat solusi TI berbasis masalah dia itu,” ia menyarankan. Dengan cara seperti itu, manajemen pasti lebih terbuka terhadap inisiatif TI yang Anda sodorkan.

Eko pun merekomendasikan, buatlah strategi yang menghasilkan quick win. “Jadi jangan janjikan hasil yang baru bisa dilihat 3 tahun mendatang,” imbuh Eko. Buatlah strategi agar solusi TI tersebut menghasilkan hasil dalam waktu singkat, meskipun itu untuk hal yang kecil. Jika manajemen terkesan dengan hasil itu, mereka semakin percaya dengan strategi besar Anda, dan dukungan investasi pun lebih mudah diperoleh.

Infrastruktur Lincah

Agar strategi TI bisa dieksekusi dengan cepat, Eko Indrajit dan Imam Bustomi sama-sama menyarankan sinergi. Eko Indrajit mengingatkan saat ini ada 212 profesi yang menyangkut IT. “Anda tidak mungkin jago di semuanya, jadi sudah seharusnya Anda berkolaborasi dengan BUMN lain maupun penyedia solusi,” ujar Eko. “Saya berpendapat, BUMN yang biaya TI-nya di bawah Rp20 miliar, itu harusnya bersinergi dengan BUMN lain,” kata Imam Bustomi sambil menunjuk fasilitas data center milik Telkom dan BRI yang bisa dimanfaatkan.

Apalagi, perkembangan teknologi saat ini sebenarnya sudah memungkinkan solusi TI yang lincah. Teknologi virtualisasi, misalnya, memungkinkan sebuah virtual server tersedia dalam hitungan hari bahkan jam. Bahkan konsep seperti virtualisasi server kini tersedia untuk storage dan network yang dikenal dengan istilah software-defined data center (SDDC). “SDDC adalah kombinasi virtualisasi server, storage, dan network,” tukas Adi Rusli saat menjelaskan mengenai SDDC ini. VMware, F5, dan NetApp kini juga sedang berkolaborasi untuk menghadirkan solusi lincah berbasis SDDC ke perusahaan di Indonesia, termasuk BUMN.

Ketika teknologi memungkinkan, masalahnya tinggal pada kebijakan. Untuk itu, Imam Bustomi sebagai Ketua Forum TI BUMN siap memberikan bantuan. “Forti BUMN siap bertemu dengan manajemen Anda untuk membicarakan pentingnya teknologi,” ungkap Bustomi.

Semoga, semangat membara tersebut berujung pada kemajuan BUMN dan juga bangsa ini.

InfoKomputer banyak menyelenggarakan acara seputar teknologi untuk para IT Professional yang ingin memperkaya pengetahuannya. Jika Anda berminat diundang di acara InfoKomputer lainnya, silakan daftar di sini.