![]() |
Ilustrasi: codesm.com |
Melakukan pemasaran dengan menggunakan media sosial berbasis teks seperti Facebook dan Twitter sudah semakin lumrah dilakukan oleh brand-brand di Indonesia. Tapi, para digital strategist terus mencari cara untuk menawarkan muatan yang baru seiring persaingan yang kian kompetitif. Kebiasaan konsumen pun lambat laun berubah.
Sebelumnya, pengguna internet di Indonesia tergolong rewel terhadap kuota data. Tapi, berbagai promo paket data serta perbaikan kecepatan internet (ditambah mulainya implementasi jaringan 4G LTE) berujung pada peningkatan aktivitas di dunia maya, contohnya menonton streaming video.
Peningkatan popularitas layanan streaming video juga didukung tren gadget dengan layar semakin luas. Rata-rata smartphone yang digandrungi konsumen sekarang memiliki ukuran layar 5 inci. Menonton video di gadget pun terasa lebih nyaman.
Tren ini tidak luput dari perhatian praktisi pemasaran digital. Format video semakin dilirik sebagai sarana utama maupun pendukung dalam sebuah digital campaign. Maka aktivitas pemasaran pun lebih luas daripada sebatas Facebook dan Twitter karena merambah ke YouTube sebagai kanal paling populer untuk memuat content berbasis video.
Tantangannya adalah membuat content video yang mampu memikat konsumen. Sebisa mungkin, video tidak memuat materi yang sifatnya hard selling. Berbeda dengan Facebook dan Twitter di mana brand masih bisa sesekali mem-posting materi yang “jualan” banget. Jika merek sudah ditampilkan sejak awal video, konsumen pasti malas untuk melanjutkan menonton sampai selesai.
Di sinilah kepiawaian digital strategist dalam menyusun sebuah kampanye diuji. Taktik yang umumnya mereka pakai yakni content marketing. “Makhluk” apakah itu?
Lebih Disukai Daripada Iklan
Menurut Content Marketing Institute, content marketing merupakan pendekatan pemasaran yang strateginya berfokus pada menciptakan dan mendistribusikan content yang berguna, relevan, dan konsisten.
Tujuannya yaitu menarik dan/atau mempertahankan target audiensi yang jelas sehingga mereka mau melakukan aksi yang menguntungkan bagi pemilik content. Hasilnya bisa dalam bentuk membeli produk/jasa dari pemilik content, peningkatan kesetiaan terhadap pemilik content, ataupun menyebarkan content ini kepada orang lain (efek viral).
Dijelaskan bahwa content marketing adalah proses berkelanjutan yang sebaiknya dijadikan bagian integral di dalam strategi pemasaran secara keseluruhan. Misalnya jika content yang dipakai berwujud video, content tersebut harus disosialisasikan juga melalui kanal pemasaran yang lain, seperti media sosial, web, maupun iklan di media online/cetak/televisi.
Survei GfK menunjukkan bahwa 80 persen konsumen lebih memilih untuk mendapatkan informasi tentang perusahaan melalui artikel berseri daripada iklan. Sebanyak 70 persen responden menganggap content marketing bisa mendekatkan mereka terhadap pemilik content, sedangkan 60 persen merasa content dapat membantu mereka dalam mengambil keputusan yang lebih baik.
0 komentar: