Oleh Magdalena Sukartono
Mendengar kata RESIGN kita pasti membayangkan wajah seorang karyawan yang mungkin tegang atau mungkin juga senang. Lho koq ? Karena alasan resign yang tidak selalu sama. Mereka yang resign karena tidak puas dengan kondisi sebelumnya, akan berwajah ceria karena sudah menemukan tempat baru yang menurut dia akan lebih memuaskannya. Yang tampak tegang atau mungkin murung adalah mereka yang terpaksa resign tapi belum menemukan tempat pengganti dimana ia akan bekerja.
Inilah lika liku dunia kerja, yang sudah saya geluti sejak 1961 ! Menjadi Konsultan SDM sudah saya mulai pada 1991 dan sampai sekarang saya sudah mendampingi sekitar 30 perusahaan. Saat ini ada 7 perusahaan yang seminggu sekali saya tangani, membantu menyusun job description, peraturan perusahaan + tata tertib karyawan. Selain itu juga dalam bentuk pelatihan untuk karyawan baru atau penyegaran (in house training), bisa berupa bimbingan (sharing & problem solving) dan juga rekrutmen dalam arti melakukan tes wawancara. Nah, dari wawancara inilah saya menemukan betapa banyaknya alasan resign yang membuat seorang karyawan berpindah kerja dan membuat perusahaan membuka lagi lowongan kerja.
PENYEBAB RESIGN
Hasil penelitian Bureau of Labour Statistics USA menyatakan, bahwa di AS sekarang ini pegawai setia (loyal) semakin sulit dijumpai. Menurut saya di Indonesia juga. Banyak karyawan yang tidak menyadari betapa sulitnya mendapatkan kerja sekarang ini. Banyak yang tak mampu mensyukuri apa yang telah diperolehnya. Tak mampu memahami arti kerja itu sendiri. Tak memahami situasi dan kondisi yang dinilainya tak sesuai dengan apa yang diharapkannya.
Menurut Anthony Robbins (Awaken the Giant Within), hal itu disebabkan oleh tidak yakin dan tidak memahami apa yang menjadi tujuan masa depannya. Sebelum mengambil keputusan semestinya bertanya kepada diri sendiri :
Kemana kita seharusnya mengarahkan fokus kita ?
Apa makna segalanya bagi kita ?
Apa yang seharusnya kita lakukan untuk menciptakan hasil yang kita inginkan ?
Tidak mampu mengarahkan fokus masa depan itulah yang menyebabkan banyak karyawan tidak mampu memahami arti kerja dan tak mampu menikmati apalagi mengembangkannya. Tak mampu memiliki mental baja. Mudah mengeluh, mudah merasa bosan, tidak mampu mengubah diri atau menyesuaikan diri dengan lingkungan atau kebijakan yang ada. Sering menyerah dan menyesali dengan mengatakan : saya kurang beruntung ! Padahal jika memiliki mindset yang benar (berpikir positif, bersyukur) dan mampu memahami serta bijak dalam mengambil keputusan, kita akan mampu menciptakan takdir bagi kita untuk menjadi karyawan yang beruntung, yang bahagia. Akhirnya akan menjadi karyawan yang loyal yang tak akan menjadi kutu loncat. Meloncat dari perusahaan satu ke perusahaan lainnya.
Harry E. Chambers (The Bad Attitude Survival Guide) mengatakan, bahwa pekerja yang bosan adalah pekerja yang tidak bahagia. Dipengaruhi faktor internal dan external. Tak mampu mengendalikan emosi.
Dari pengalaman saya selama sekian puluh tahun, saya temukan sejumlah alasan resign yang saya bagi menjadi 3 bagian, yaitu :
Faktor internal, disebabkan oleh alasan yang timbul dari dirinya sendiri.
Faktor eksternal, disebabkan oleh :
Kebijakan perusahaan/manajemen
Sikap atasan (atasan langsung maupun pucuk pimpinan)
Suasana/lingkungan kerja
Faktor gabungan, yang saya sebut rekayasa, kehendak atasan yang disepakati pekerja.
Contoh-contoh faktor internal :
Merasa bosan/jenuh.
Merasa tidak diperhatikan, tidak ada teman yang cocok.
Merasa tidak sesuai dengan lingkungan yang ada.
Tidak mampu melaksanakan tugas dan tidak menyukainya.
Memiliki jiwa petualang…ingin pengalaman baru situasi baru.
Tidak mengerti arti kerja itu sendiri.
Tidak punya kebanggaan malah merasa terpaksa.
Tidak punya program.
Menikah.
Mengikuti keluarga ( ortang tua atau suami ) pindah ke daerah / kota lain.
Alih profesi atau ingin kerja paruh waktu : wirausaha, menjadi guide, juru bahasa, penyiar, dll.
Ada ajakan teman/rekan kerja untuk pindah ke perusahaan lain.
Dibajak perusahaan lain yang lebih menjanjikan.
contoh-contoh Faktor eksternal :
Kebijakan Perusahaan
Gaji sudah beberapa tahun tidak ada perubahan/kenaikan.
Tidak sesuai gaji/tugas dengan kesepakatan kerja yang telah dibuat.
Penerimaan gaji yang terlalu sering terlambat.
Gaji karyawan yang sudah setahun setiap bulan dipotong 10 % dengan alasan dipinjam Perusahaan dan akan dikembalikan (alasan sesungguh-nya adalah cash flow yang bermasalah).
Tidak ada transparansi dalam rincian gaji yang diberikan setiap bulan secara berubah-ubah.
Jam kerja terlalu panjang (ada yang 12 jam tidak dihitung lembur)
Hari kerja termasuk hari Minggu (7 hari dalam seminggu), diberi libur 1 hari dalam sebulan. Dan dianggap cuti tahunan.
Tidak ada cuti sebagaimana mestinya. Jika tidak masuk kerja, dipotong uang makan & transport.
Struktur organisasi yang menunjukkan semua posisi diisi keluarga Owner. Jadi tidak ada prospek ke depan untuk jenjang lbih tinggi.
Kebijakan tidak adil dalam hal fasilitas :kendaraan dan asuransi kesehatan.
Peraturan baru adanya larangan mengenakan jilbab. Wajib memakai seragam perusahaan selama bertugas.
Larangan membawa HP (wajib disimpan di locker selama kerja).
Sikap atasan. ( Aneh tapi nyata. Tapi inilah faktanya):
Atasan yang terlalu sering memarahi/membentak mengucapkan kata-kata kasar.
Atasan yang melakukan pelecehan seksual, terhadap karyawan yang resign tersebut.
Atasan yang tidak tegas, malah membiarkan anak buahnya ada yang melakukan pelecehan ! Dilapori malah hanya memberi nasehat dan tidak menjatuhkan sanksi kepada yang bersalah sehingga memutuskan resign.
Atasan yang tidak obyektif. Berpihak pada wakilnya atau rekan kerjanya.
Atasan yang tidak komunikatif. Perintah tidak jelas kemudian menyalahkan.
Isteri atasan yang pencemburu, sering datang ke kantor untuk mencari bukti.
Atasan yang semau gue ! Misalnya : manajer SDM/HRD bertugas membelikan makanan untuk kuda peliharaan si Boss. Sekretaris ditugaskan untuk menjemput anak sekolah sang Direktur (owner). Atasan yang memberi tugas yang tidak layak (disuruh mencuci pakaiannya) dan keperluan pribadinya yang semestinya tidak termasuk job desc seorang CS/sales counter. Dsb.
Atasan yang selalu memberi janji kosong. Kecewa berat karena merasa sudah banyak berjasa.
Atasan yang tidak menjadi panutan, membuat hati tidak respek, malah sebel. Membuat hati tidak nyaman/ketakutan, karena harus merahasiakan tindakannya yang tidak baik .
Atasan langsung yang selalu “membajak” hasil karyanya. Melaporkan ke pucuk pimpinan, bahwa prestasinya adalah hasil karyanya.
Karena suasana/lingkungan kerja :
Merasa aneh dan asing. Baru sebulan terus ngacir. Resign. Karena tak mampu menyesuaikan diri .
Semua rekan hanya bekerja dan sibuk dengan komputernya. Tak ada suasana relax.
Tidak merasakan adanya keakraban atau kekeluargaan di tempat dimana ia bekerja.
Resign karena REKAYASA
Dipaksa resign sebagai gantinya PHK.
Atasan/perusahaan tidak berani melakukan PHK karena alasan tertentu. Misalnya yang bersangkutan punya “pengaruh”. Untuk menghindari gejolak, Pimpinan berusaha menjaga suasana tetap kondusif. Dengan memberi kompensasi tertentu agar si karyawan itu mengajukan permohonan resign atas kehendak sendiri.
Ada juga Perusahaan yang melakukan rekayasa PHK menjadi seolah-oah resign atas kehendak sendiri, demi menghemat jumlah uang pesangon menjadi uang tali kasih ( yang nominalnya tidak harus sama dengan peraturan ketenagakerjaan yang ada )
SARAN-SARAN
Menurut saya, memang sebaiknya resign baru dilakukan jika benar-benar terpaksa. Bukan disebabkan faktor emosional semata. Perlu diperhatikan poin-poin di bawah ini :
Memiliki tujuan Hidup. Bekerja bukan sekedar “nglakoni”, misalnya kerja untuk nafkah, nikah untuk memenuhi kewajiban atau harapan ortu untuk mengembangkan bakatnya, tapi tahu hasil akhir apa yang akan kita peroleh .
Bila ada pilihan, pilihlah pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan dan cita-cita kita.
Syukuri semua yang telah kita peroleh, termasuk profesi dan tugas-tugas kita.
Ingat, bahwa di atas atasan kita masih ada ATASAN, yaitu Yang Maha Kuasa. Dengan demikian kita akan diingatkan selalu untuk bekerja di jalan yang benar tanpa putus harapan atas masalah & tantangan yang ada.
Kuasai pekerjaan & tugas-tugas kita. Fokus dan ikuti perkembangan. Kita akan berhasil kalau menguasai informasi, memiliki motivasi tinggi dan mampu menciptakan hubungan dengan sekelilingi kita. Mampu menjadi jembatan, bukan penghalang. Mampu menjadi pintu dan bukan tembok/dinding buntu.
Mampu menjadi The Best & The Winner sehingga menjadi modal untuk masa depan.
Mampu mengendalikan emosi (menyeimbangkan IQ dan EQ). Disini diperlukan belajar kecerdasan emosi.
Sebelum ambil keputusan, dengarkan dulu hati nurani (minta hikmat-Nya)
Last but not least : baru resign setelah menemukan lowongan kerja di tempat lain.
Nah, itulah sekilas tentang resign. Penyebabnya ternyata beraneka ragam. Iya, kan ? Dunia kerja memang unik, pelik kadang menggelitik. Tapi semuanya adalah fakta. Realita dunia kerja. Semoga saran saya bermanfaat bagi siapa saja terutama yang menggeluti dunia kerja.
Salam antusias dan sukses merangkai karya mengukir prestasi !
Magdalena Sukartono. Praktisi, konsultan SDM, Trainer, Kolumnis Tetap Rubrik Ketenagakerjaan Harian Kedaulatan Rakyat, Yogyakarta. Pengelola Lembaga Pengembangan SDM Abisatya Paramitra. Lahir di Mayong, Jepara 5 Oktober 1938 dan telah memberikan pelatihan lebih dari 3.000 kali di berbagai wilayah di Indonesia.
0 komentar: