![]() |
Paul Strong (Vice President & Chief Technology Officer, Global Field, VMware). |
Selama ini, InfoKomputer rutin mengakrabi para pemimpin TI dari perusahaan-perusahaan yang biasanya menjadi konsumen solusi TI. Sekarang kami mendapat kesempatan emas untuk seorang Chief Technology Officer dari salah satu perusahaan pionir dalam virtualisasi dan cloud.
Di tengah kesibukan acara CIO Leaders ASEAN Summit 2015 di Bali pertengahan April lalu, InfoKomputer memperoleh kesempatan berbincang secara eksklusif dengan Paul Strong, Vice President merangkap CTO Global Field dari VMware.
Meskipun penampilannya terlihat agak urakan untuk ukuran seorang eksekutif, Strong memiliki tata suara yang halus ketika diwawancara. Setiap perkataan yang dilontarkan penuh makna. Wajar saja mengingat Strong memunyai bekal pengalaman belasan tahun di perusahaan teknologi kelas dunia.
Sebelum masuk ke VMware pada tahun 2010, ia pernah melakoni posisi Distinguished Researcher di eBay yang bertanggungjawab dalam meneliti penggunaan large distributed system seperti grid dan cloud. Ditarik lebih jauh lagi, pengalaman kerja Strong yang bersejarah adalah ikut serta dalam pengembangan Sun Solaris Containers (sekarang disebut Zones) dan produk N1.
Pria alumnus University of Manchester ini pun aktif berpartisipasi dalam organisasi teknologi Open Grid Forum (OGF) dan memimpin kelompok kerja OGF Reference Model.
“Latar belakang saya adalah distributed system dan architecture. Di Sun, saya tertarik dengan cara mengubah teknologi menjadi sistem yang dipakai perusahaan untuk menjalankan bisnis. Di eBay yang punya infrastruktur berstandar industri dan aplikasi di cloud yang sangat besar, saya mempelajari cara kerja sistem, bagaimana mengelola dan bekerja dengannya,” kenang Strong.
Salah satu fungsi penting yang diemban Strong selaku CTO Global Field di VMware yaitu menjadi penghubung antara divisi R&D di VMware dan para mitra dan pelanggan. Dalam melakukan tugasnya, Strong secara rutin mengunjungi para CIO yang menjadi pelanggan VMware, mendengar kebutuhan mereka serta membuat mereka memahami solusi-solusi yang dibangun VMware.
Apa saja kebutuhan yang paling sering disampaikan para CIO kepada dirinya? “Bagi CIO, ada dua hal utama yang selalu diajukan: memastikan bisnis terus berjalan dan mengelola biaya [tetap efisien],” jawab Strong.
“Tema yang juga penting adalah adalah agility, karena bisnis sedang memahami cara untuk keep up dengan layanan-layanan baru. Topik hangat berikutnya yaitu security. Karena semua orang ingin melihat data, CIO harus memastikan bahwa data ini tetap aman dan hanya bisa diakses oleh pihak yang berkepentingan,” sambungnya.
Strong mengaku tidak begitu familiar terhadap lingkungan kerja di Asia Tenggara. Tapi, sepanjang mengikuti konferensi di Bali dan bertemu dengan beberapa CIO di kawasan ini, ia melihat kebutuhan yang senada, yaitu penghematan biaya, bisnis yang berkelanjutan, dan keamanan.
“Saya pikir business continuity akan menjadi tren yang kuat untuk dipantau di sini. Banyak perusahaan masih menggunakan server UNIX dan baru mulai berpindah ke x86,” ujarnya.
![]() |
“Bagi CIO, ada dua hal utama yang selalu diajukan: memastikan bisnis terus berjalan dan mengelola biaya [tetap efisien],” kata Paul Strong. |
Mau Mendengarkan
Dari berbagai diskusi dengan para CIO itu, Strong juga menerima umpan balik dari pelanggan yang kemudian disampaikan kepada divisi R&D. Harapannya supaya VMware bisa membuat produk dan solusi yang lebih baik untuk memenuhi kebutuhan pelanggan, sekaligus sesuai dengan keinginan pasar di masa depan.
“Ada dua hal yang paling menyenangkan untuk saya dalam membuat produk. Pertama, Anda harus benar-benar mengerti masalah yang dialami pelanggan saat ini. Tapi, Anda juga harus memikirkan masalah yang akan mereka hadapi di masa depan, yang mungkin mereka sendiri tidak mengetahuinya. Kedua, Anda mesti bisa membaca ke mana arah teknologi di masa depan,” papar Strong.
Dengan memadukan antara wawasan akan teknologi dan pemahaman terhadap masalah, kita akan mendapatkan solusi yang tepat.
Ia menjelaskan bahwa VMware memiliki program rutin untuk mengumpulkan para eksekutif dan engineer VMware yang sering bekerja di lapangan. Mereka dipanggil ke markas besar VMware di Palo Alto, AS, untuk berbagi informasi mengenai hal-hal yang dihadapi dengan pelanggan. “Akan menjadi kesalahan terbesar jika kami tidak mendengarkan apa kata pelanggan,” imbuhnya.
Pengalaman bergaul di dalam komunitas CIO pula yang menginspirasi hadirnya solusi One Cloud dan EVO:RAIL dari VMware. Strong kerap mendengar keluhan dari para CIO yang kerepotan menangani infrastruktur, sistem, dan aplikasi yang berbeda-beda di dalam organisasinya. Timbul kompleksitas yang membebani dari sisi waktu, biaya, dan risiko.
“Dengan One Cloud, serta didukung konsep Software-Defined Data Center (SDDC), CIO dapat memiliki model operasi tunggal untuk mengelola sistem dan aplikasi di hybrid cloud, dengan pengalaman yang konsisten,” tuturnya.
Begitu juga dengan EVO:RAIL yang lahir dari pergeseran kebutuhan pelanggan terhadap infrastruktur yang mendukung scale-out application atau scale-out data.
VMware bermitra dengan beberapa penyedia hardware untuk memproduksi hyper-converged infrastructure yang berisi building block berupa server, storage, dan network yang terintegrasi, dilengkapi software untuk virtualisasi dan manajemen. Pelanggan hanya butuh 15 menit sejak membuka boks, memasang mesin, sampai bisa menjalankan aplikasi.
Menariknya, kebanyakan pelanggan yang tertarik terhadap hyper-converged infrastructure ini berasal dari perusahaan kecil atau startup. Mereka sangat menyukai kemampuan untuk menjalankan dan mengelola banyak mesin virtual di dalam empat server (bisa diperluas sampai 64 server) yang diusung EVO:RAIL.
Berbeda halnya dengan perusahaan besar yang lebih banyak pertimbangan untuk mengubah infrastruktur legacy, gaya kerja, dan cara berpikir dalam memanfaatkan teknologi TI terbaru.
Manfaat SDDC
Berbicara mengenai topik SDDC, Strong menyinggung manfaat dari konsep ini bagi perusahaan. Manfaat pertama adalah cost saving berkat virtualisasi. Pelanggan bisa memunyai banyak mesin virtual di dalam satu server yang bisa dikonsolidasi. “It’s an easy win. Sebagian besar pelanggan bisa merasakan return on investment-nya dalam waktu tiga sampai enam bulan,” klaimnya.
Setelah itu, pelanggan dapat memisahkan layer aplikasi dari infrastruktur, juga melalui virtualisasi. Dengan demikian, otomatisasi dapat dilakukan terhadap aplikasi. Seperti memindahkan aplikasi dari server berkapasitas rendah ke server berkapasitas tinggi dan menyalin aplikasi ke disaster recovery center, guna memperoleh ketersediaan dan SLA yang lebih tinggi, tanpa perlu menghentikan jalannya aplikasi.
Strong juga mengajukan alasan supaya SDDC ini lebih mudah diterima oleh perusahaan berskala besar. Di tengah persaingan yang kian ketat dari perusahaan startup yang lebih gesit dalam mengadopsi teknologi, perusahaan besar harus mampu unggul dalam menghasilkan produk dan layanan inovatif. Artinya, alih-alih sibuk mengurusi infrastruktur dan operasional TI, porsi waktu seorang CIO dan timnya semestinya lebih banyak digunakan untuk memikirkan inovasi baru.
“Urusan infrastruktur harus usai ketika selesai di-install. Biarkan pengelolaan selanjutnya dilakukan dengan software secara otomatis. SDDC memungkinkan hal itu terjadi,” pungkasnya
0 komentar: