ADRIANA KARABOUTIS: BERANI KELUAR DARI ZONA NYAMAN

Adriana memilih tantangan baru dengan mengelola TI di Biogen Idec, perusahaan bioteknologi yang fokus mengembangkan terapi inovatif untuk pemulihan penyakit neurodegeneratif (gangguan saraf), hematologis (kelainan sel darah), dan autoimunitas (kelainan respons kekebalan tubuh).
Adriana “Andi” Karaboutis (mantan Vice President & Global CIO, Dell)
Memiliki pengalaman berkarier selama lebih dari 25 tahun di bidang TI tidak lantas membuat Adriana Karaboutis ragu untuk melangkah keluar dari zona nyaman. Di usianya yang setengah abad, ia berani meninggalkan posisi lamanya sebagai Vice President & Global CIO di Dell.

Adriana memilih tantangan baru dengan mengelola TI di Biogen Idec, perusahaan bioteknologi yang fokus mengembangkan terapi inovatif untuk pemulihan penyakit neurodegeneratif (gangguan saraf), hematologis (kelainan sel darah), dan autoimunitas (kelainan respons kekebalan tubuh).

Ini bukan pertama kalinya Karaboutis berani untuk melanjutkan karier di industri yang berbeda dibandingkan tempat kerja sebelumnya. Sebelum bekerja di perusahaan teknologi seperti Dell, Karaboutis telah lama berkecimpung di industri otomotif. Lima belas tahun ia habiskan di Ford Motor Company, mulai dari posisi selaku programmer, analyst, sampai IT director. Enam tahun berikutnya ia tempuh bersama General Motors sebagai executive director, hingga tahun 2010, ia pindah ke Dell.

Di Biogen Idec, Karaboutis memimpin pendayagunaan sumber daya TI untuk meningkatkan interaksi dan keterikatan dengan pasien dan penyedia layanan kesehatan, memakai analytics dalam proses penemuan obat, menemukan wawasan baru dari data-data klinis, serta memanfaatkan perangkat wearable dan alat medis yang bisa ditelan (ingestible device) dalam proses penyembuhan pasien.

Perempuan yang akrab dipanggil Andi ini dipuji sebagai pemimpin teknologi yang akan menyuntikkan inovasi digital di dalam Biogen Idec, menurut Dr. George A. Scangos, Ph.D. (CEO, Biogen Idec). “Andi memandang data dan informasi sebagai mata uang baru untuk menggali wawasan, membuka pembicaraan, meningkatkan penelitian, dan mencapai sasaran bisnis,” ujarnya.

Sebagai seorang eksekutif di bidang TI, Karaboutis pernah masuk ke dalam daftar Top 75 CIOs 2012 (versi CIO Outlook), Premier 100 IT Leaders 2014 (versi ComputerWorld), dan Top 100 Social CIOs 2014 (versi Huffington Post). Pemegang gelar Master of Science dari Wayne State University ini juga dikenal aktif di sejumlah organisasi, seperti Women in Technology (WIT) dan Wall Street Journal CIO Network.

Pendekatan Proaktif

Secara internal, Karaboutis membawahkan lebih dari 5.000 orang selama bekerja di Dell. Tentu bukan hal yang mudah untuk menangani sekian banyak karyawan dan memahami keinginan setiap individu. Tapi, Karaboutis mengaku dirinya tidak pernah menanyakan kepada karyawan tentang hal-hal yang mereka inginkan.

Alih-alih menggunakan cara reaktif seperti itu (bertanya dan bereaksi), ia memilih metode proaktif dengan melakukan observasi terhadap proses bisnis yang terjadi di Dell dan cara kerja karyawan setiap hari. Tujuannya untuk menemukan cara-cara baru yang dapat meningkatkan kualitas kerja mereka.

“Dengan memperhatikan cara karyawan bekerja, kami bisa mengambil kesimpulan, ‘Proses ini seharusnya bisa diselesaikan lebih cepat’ atau ‘Proses ini lebih baik dijalankan dengan cara A. Kenapa mereka pakai cara B?’. Sehingga akhirnya kami bisa menawarkan solusi yang lebih baik, yang bahkan karyawan pun tidak menyadari bahwa mereka butuh solusi itu,” papar Karaboutis

Bagi Karaboutis, modifikasi cara kerja dengan beradaptasi dengan tren-tren yang ada merupakan sebuah keharusan di dunia TI. Ia menyadari bahwa sebagian besar orang yang bergelut di bidang TI umumnya resisten terhadap perubahan dan enggan keluar dari zona nyaman.
Tapi, Karaboutis mengutip salah satu judul buku favoritnya, What Got You Here May Not Get You There, dengan menyatakan, “Anda bisa saja mempertahankan paradigma lama tentang bagaimana teknologi dan sekuriti selama ini dapat bekerja dengan baik… atau Anda dapat membuka mata dan menyadari kemunculan teknologi digital yang mengubah cara kita beraktivitas sehari-hari, lalu menyambut hal-hal itu.”
Di Dell, TI bukan berada dalam posisi ‘pendukung’ atau ‘mitra’ bagi pemegang keputusan bisnis. Kami berjalan berbarengan dengan mereka,” tukas Karaboutis
Tapi, Karaboutis mengutip salah satu judul buku favoritnya, What Got You Here May Not Get You There, dengan menyatakan, “Anda bisa saja mempertahankan paradigma lama tentang bagaimana teknologi dan sekuriti selama ini dapat bekerja dengan baik… atau Anda dapat membuka mata dan menyadari kemunculan teknologi digital yang mengubah cara kita beraktivitas sehari-hari, lalu menyambut hal-hal itu.”

Karaboutis mencontohkan cara Dell memahami karyawan-karyawan mereka yang berusia muda; mereka yang sudah terbiasa menggunakan macam-macam perangkat, aplikasi mobile, dan cloud untuk mendukung pekerjaan di kantor. “Ketimbang melarang mereka, kami memilih untuk beradaptasi dengan kebiasaan itu,” ia menyebutkan.

Dell bahkan membuat mobile app store internal yang memuat aplikasi-aplikasi yang paling sering dipakai karyawan, dengan modifikasi tertentu agar aplikasi itu telah dijamin aman dan mampu mencegah kebocoran data perusahaan.

Berjalan Bersama Bisnis

Dalam wawancara dengan CIO Journal, Karaboutis mendeskripsikan CIO yang sukses sebagai seseorang dengan kemampuan di berbagai bidang secara menyeluruh, dengan fokus memaksimalkan teknologi existing di data center sembari tetap memperhatikan tren-tren teranyar, misalnya mobility, consumerization, dan wearable computing.

Inilah yang Karaboutis lakukan selama di Dell dengan mendongkrak peran analytics dalam melacak kebiasaan pelanggan dan transaksi yang mereka lakukan. Data dikumpulkan dari bermacam sumber, seperti situs dan jejaring sosial milik Dell serta data transaksi dari reseller, dengan menggunakan solusi visual analytics SAP HANA. Langkah ini diambil untuk lebih memahami keinginan pelanggan terhadap produk-produk Dell demi membangkitkan kembali bisnis Dell yang terpengaruh dari pasar penjualan PC yang cenderung menurun.

“Di Dell, TI adalah bagian penting dalam bisnis. Kami bukan berada dalam posisi ‘pendukung’ atau ‘mitra’ bagi pemegang keputusan bisnis. Kami berjalan berbarengan dengan mereka,” tukas Karaboutis. Kata-kata ini ia buktikan dengan kerja sama yang erat dengan Karen Quintos (Chief Marketing Officer, Dell).

Mereka membentuk tim khusus dengan struktur yang mengharuskan anggota tim melapor kepada CIO dan CMO sehingga keduanya saling terhubung dan mengetahui perkembangan di tiap level. Dengan demikian, pentingnya peran TI bisa benar-benar dipahami oleh pemangku bisnis di perusahaan.

Kepada para CIO di seluruh dunia, Karaboutis berpesan bahwa CIO masa kini harus mengerti cara memanfaatkan teknologi untuk melakukan inovasi yang berkontribusi positif pada bisnis. Inilah yang membedakan antara CIO transformatif dan CIO tradisional. “Pahami tujuan perusahaan layaknya seorang CFO atau CMO; apa dan bagaimana sasaran, kondisi keuangan, kapabilitas, dan peluang yang ada. Kemudian, rancanglah agenda yang bisa mendukung hal-hal itu,” ia menekankan.

Bagi dirinya, menghasilkan efisiensi adalah pencapaian standar seorang CIO. Jika mampu memberi nilai tambah bagi bisnis, itulah yang disebut CIO sukses.