SURVEY MICROSOFT: MATA PELAJARAN CODING LAYAK MASUK KURIKULUM DI SEKOLAH

Survey yang dilakukan pada bulan Februari 2015 dan sebagai bagian dari kampanye Microsoft YouthSpark #WeSpeakCode ini melibatkan 1850 siswa dengan usia di bawah 24 tahun yang berasal dari 8 negara di Asia Pasifik, termasuk Indonesia. Materi yang diangkat adalah pandangan siswa terhadap coding dan software programming.
Microsoft belum lama ini telah mengumumkan hasil survey Asia pasifik terbarunya yang mengungkapkan bahwa mayoritas siswa di Indonesia menyadari manfaat coding dalam pendidikan dan besarnya potensi yang ditawarkan bagi masa depan mereka. Sayangnya, dalam studi tersebut juga terungkap bahwa siswa kurang mendapat dukungan yang optimal dalam mempelajari coding.

Survey yang dilakukan pada bulan Februari 2015 dan sebagai bagian dari kampanye Microsoft YouthSpark #WeSpeakCode ini melibatkan 1850 siswa dengan usia di bawah 24 tahun yang berasal dari 8 negara di Asia Pasifik, termasuk Indonesia. Materi yang diangkat adalah pandangan siswa terhadap coding dan software programming.

Dalam survey tersebut juga disinggung mengenai kesempatan yang saat ini mereka miliki untuk mempelajari coding. Ada pun siswa yang menjadi responden berasal dari latar belakang akademis yang berbeda, meliputi seni & kemanusiaan, STEM (Ilmu Pengetahuan, Tknologi, Teknik dan Matematika), bisnis serta beberapa bidang lainnya.

Survey tersebut juga mengungkap sebanyak 91% siswa di Indonesia ingin mengetahui lebih banyak lagi mengenai coding. Sementara, sebanyak 72% siswa berharap coding dapat dijadikan sebagai mata pelajaran utama di sekolah. Tentunya, hasil ini menunjukkan bahwa coding memiliki potensi yang tinggi untuk menjadi mata pelajaran yang menarik bagi imajinasi siswa di sekolah.

Esther Sianipar, Community Affairs Manager, Microsoft Indonesia menegaskan bahwa mayoritas siswa Indonesia tidak lagi mempertanyakan manfaat coding. Anak-anak muda ini telah menyadari pentingnya coding dalam membantu mereka memperoleh keterampilan daar di abad ke-21 sekaligus mempersiapkan mereka untuk menjadi sukses di masa depan.

"Karena dunia kita terus berevolusi menjadi mobile-first dan cloud-first, penting bagi para pendidik untuk berhenti mempertanyakan apakah coding perlu dijadikan mata pelajaran utama. Sebaliknya, pendidik dapat mulai memikirkan bagaimana coding dapat diintegrasikan ke dalam kurikulum sesegera mungkin," ujar Esther.

Namun, di balik antusiasme yang tinggi dan minat yang dalam terhadap coding, hanya 51% siswa yang mengatakan mereka memiliki kesempatan untuk belajar coding di sekolah, baik sebagai subjek inti maupun kegiatan ekstrakurikuler. Selain itu, hanya 39% siswa yang mengatakan bahwa orang tua mereka berpikir coding penting untuk masa depan.
 Hasilnya, Ayu sukses menghasilkan Technoethnic, sebuah aplikasi yang menampilkan ragam pola untuk gaun. Sementara itu, Dwika berhasil mempersembahkan SongFlake, sebuah aplikasi real-time yang dapat membentuk visualisasi tertentu sesuai dengan alat musik yang dimainkan. Hal membuktikan besarnya manfaat coding bagi masa depan seseorang, terlepas dari apapun bidang yang mereka geluti.

Di Indonesia, kampanye Microsoft YouthSpark #WeSpeakCode secara resmi dimulai pada tanggal 18 Maret 2015 lalu. Dalam acara tersebut, Microsoft Indonesia berhasil menggandeng dua pelaku industri kreatif, yakni Ayu Dyah Andari (Fashion Designer) dan Dwika Putra (Founder Akustik Asik) untuk mempelajari coding selama 15 jam bersama Wahyudi (Co-Founder, Coding(Indonesia)).

Hasilnya, Ayu sukses menghasilkan Technoethnic, sebuah aplikasi yang menampilkan ragam pola untuk gaun. Sementara itu, Dwika berhasil mempersembahkan SongFlake, sebuah aplikasi real-time yang dapat membentuk visualisasi tertentu sesuai dengan alat musik yang dimainkan. Hal membuktikan besarnya manfaat coding bagi masa depan seseorang, terlepas dari apapun bidang yang mereka geluti.

Untuk mensosialisasikan kampanye Microsoft YouthSpark #WeSpeakCode, Microsoft tidak hanya menyiapkan situs resmi #WeSpeakCode, tetapi juga mengundang semua orang di Indonesia untuk membantu membuat pergerakan besar pada tanggal 25 Maret lalu dengan berpartisipasi dalam gerakan Microsoft YouthSpark #WeSpeakCode Thunderclap di media sosial. Para pendukung Thunderclap dapat memberikan suara mereka untuk mempromosikan coding, serta menghasilkan dukungan besar yang terfokus pada pentingnya mempelajari coding.

"Di Microsoft, kami percaya code merupakan bahasa yang dapat dipelajari oleh siapapun, dan berpikirsecara terkomputasi merupakan keterampilan dasaryang harus diajarkan di semua sekolah tanpa memandang usia, jenis kelamin, atau bidang studi. Menulis code dan membuat program sendiri tidaklah rumit. Sebaliknya, menulis code sangatlah menyenangkan," ujar Esther.

Editor : Kama Adritya
Untuk mensosialisasikan kampanye Microsoft YouthSpark #WeSpeakCode, Microsoft tidak hanya menyiapkan situs resmi #WeSpeakCode, tetapi juga mengundang semua orang di Indonesia untuk membantu membuat pergerakan besar pada tanggal 25 Maret lalu dengan berpartisipasi dalam gerakan Microsoft YouthSpark #WeSpeakCode Thunderclap di media sosial. Para pendukung Thunderclap dapat memberikan suara mereka untuk mempromosikan coding, serta menghasilkan dukungan besar yang terfokus pada pentingnya mempelajari coding.