ARY WARDHANA: SINKRONISASIKAN ATURAN GLOBAL UNTUK DUKUNG BISNIS LOKAL

Meski begitu, masih ada keleluasaan otonomi yang diberikan kepada representasi Daimler di negara-negara lain karena organisasi pusat hanya menggariskan general strategy. Menurut Ary, dalam implementasi strategi tersebut, organisasi TI di setiap negara harus me-review dan menyesuaikan dengan strategi bisnis lokal.
Ary Wardhana, CIO PT Mercedes-Benz Indonesia. Foto: Alphons Mardjono
Berada di lingkungan perusahaan yang merepresentasi korporasi global, mau tak mau Ary Wardhana dan departemen teknologi informasi (ITM) yang dibawahinya harus mengikuti strategi yang telah digariskan kantor pusat. Artinya, berbicara tentang strategi TI PT Mercedes-Benz Indonesia berarti mendiskusikan dan meyelaraskan strategi yang telah didefinisikan oleh IT organisation Daimler AG yang berpusat di Stuttgart, Baden-Württemberg, Jerman.

Meski begitu, masih ada keleluasaan otonomi yang diberikan kepada representasi Daimler di negara-negara lain karena organisasi pusat hanya menggariskan general strategy. Menurut Ary, dalam implementasi strategi tersebut, organisasi TI di setiap negara harus me-review dan menyesuaikan dengan strategi bisnis lokal.

Ia mencontohkan penerapan Enterprise Resource Planning (ERP). Kendati kantor pusat telah memutuskan solusi tersebut dan bahkan menetapkan arahan-arahannya, hal yang sama belum tentu bisa diimplementasikan di semua negara, misalnya Indonesia.

“Kapan Indonesia akan mengimplementasikan solusi ERP yang sudah menjadi template tersebut? Itu tergantung dari keputusan manajemen lokal (yang diambil) berdasarkan hasil business case yang dievaluasi bersama dengan kantor pusat,” terang pria yang mengawali karirnya di Mercedes-Benz Indonesia sebagai seorang business process analyst itu. Dan inilah yang menjadi PR bagi Ary Wardhana cs., yakni menerjemahkan strategi global ke dalam cara-cara implementasi yang tepat dan mendukung bisnis lokal.

Di samping itu, kesuksesan implementasi sebuah solusi ataupun layanan (service) TI tidak hanya bergantung pada hal teknis belaka. Menurut Ary, adalah penting keberadaan staf TI yang kompeten untuk mengelola solusi dan layanan tersebut. “Dan suatu tim TI yang berkompeten tentunya tidak lepas dari ide-ide atau inovasi yang dihasilkan oleh tim tersebut,” timpal Ary Wardhana mengenai peluang mengeksplorasi ide manakala semua sudah diatur dari pusat.

Oleh karena itu, sosok yang bercita-cita mengabdi di bidang sosial dan pendidikan ini mengedepankan pelatihan atau training bagi tim-nya demi mempertajam pengetahuan tentang teknologi terkini. “Yang tidak kalah pentingnya adalah memberi kesempatan kepada mereka untuk merealisasikan ide-ide atau inovasi yang mereka punya,” imbuh Ary.

Bagaimana ketika Ary terpaksa “menabrak” aturan kantor pusat? “Di perusahaan multinasional ataupun bukan, hal itu mungkin saja terjadi. Artinya tiada larangan berimprovisasi atau berinovasi dengan ide-ide lokal asalkan tetap berpatokan pada aturan atau guidance yang telah ditetapkan,” ujar alumnus Universitas Indonesia ini.

Meski kadang ada kebijakan global yang sulit atau bahkan mungkin tidak dapat diapliksaikan di lokasi atau negara tertentu, tetapi Ary dan timnya di Indonesia ini cukup bangga karena bisa berperan serta merealisasikan strategi global Daimler AG, khususnya di bidang TI.

Nah, ini menariknya, bahwa ternyata ada pula inovasi dan ide-ide dari Indonesia menarik perhatian orang kantor pusat. “Data center kami pernah dijadikan benchmarking untuk standar data center dengan skala kecil atau small data center. Meskipun sudah ada kriteria atau standar data center, tetapi sulit diimplementasikan untuk sebuah data center dengan skala yang tidak terlalu besar,” papar lelaki yang juga pernah mengenyam kuliah di jurusan Mechanical Design di Politeknik Mekanik Swiss-Institut Teknologi Bandung(PMS-ITB) ini.

Selain itu pernah pula ada sebuah inovasi dari tim TI Mercedes-Benz Indonesia, yang berupa approval workflow application, bisa diimplementasikan di negara lain.