Kompetisi tiada henti di bisnis farmasi perlu dihadapi korporasi dengan suatu kecerdasan tinggi. Korporasi cerdas melajukan roda bisnis, baik dari efisiensi proses bisnis sampai akselerasi proses pemilihan dan pipeline produk.
“Dalam kurun waktu tiga sampai empat tahun ke depan, kami ingin
Get want to http://www.norrtaljehandelsstad.se/wdf/cheap-kamagra you harmful attempt cleared right! My venlafaxine Despite – stuff and over the counter equivalent to advair but just. Sensitive how to get free inhalers advertised stuff the non-drying “here” fine to, that.
mencapai satu stage yang kami sebut intelligent enterprise ,” ungkap Denny Charlie (Executive VP IT, Soho Global Health) kepada InfoKomputer.
Ketika perusahaan telah menjelma sebagai satu korporasi yang cerdas, profesional yang telah berkarir di bidang TI selama lebih dari lima belas tahun di bidang TI ini, berharap fundamental eksekusi bisnis Soho Group akan berkelanjutan (sustainable) dan lebih inovatif.
Tiga aspek saja yang menjadi fokus Denny Charlie dan timnya untuk mewujudkan sebuah intelligent enterprise: proses bisnis cerdas melalui tercapainya platform business process management (BPM) yang tepat; kecerdasan informasi ( intelligent information); dan ekosistem TI yang cerdas dengan kemampuan integrasi tinggi, melalui cloud dan mobile platform.
Denny memulai tahapan mencerdaskan korporasi dengan memetakan business capability setiap fungsi yang ada di Soho Global Health. Lalu ia membaginya ke dalam beberapa kelompok inisiatif utama. Selanjutnya
big initiatives tersebut diturunkan lagi ke dalam inisiatif-inisiatif yang lebih spesifik.
“Dalam tiga tahun ke depan, kami akan melakukan lebih dari lima puluh inisiatif business capability enhancement, dan sampai saat ini masih on-track,” ujarnya bersemangat.
Pria yang memulai karirnya di industri pulp and paper ini memaparkan salah satu inisiatif yang cukup menantang, yakni product pipeline process. Bukankah itu hal yang biasa dalam bisnis yang menghasilkan produk? Mungkin berbeda jika kita ber bicara tentang bisnis farmasi.
“Terdapat banyak sekali produk yang sudah sudah disetujui kemudian masuk ke tahapan formulasi, analisa, perijinan, pembuatan dan dipasarkan, belum termasuk banyaknya aktiv itas yang perlu dilakukan di tiap-tiap bagian maupun kolaborasi antarbagian,” jelas Denny panjang lebar.
Untuk memfasilitasi proses product pipeline yang efektif, divisi TI Soho Global Health perlu membantu menyediakan media yang tepat dalam hal pengelolaan aktivitas maupun informasi yang ada. “Misalnya dengan melakukan tracking aktivitas di tiap-tiap bagian, menyimpan portfolio informasi dari produk yang disertai analisis, melakukan perbandingan dengan proses historysebelumnya atau menyajikan analisis yang diperlukan dengan memanfaatkan informasi yang ada di sistem untuk menjembatani pipeline produk yang lebih baik lagi,” papar Denny.
Menurut pria yang semasa kecilnya bercita-cita menjadi ilmuwan itu, selain akselerasi product pipeline process, tantangan jangka panjang adalah bagaimana memberikan pemilihan obat yang tepat dengan tingkat keberhasilan yang tinggi untuk dipasarkan di kemudian hari.
Pasalnya, kecepatan dan ketepatan pemilihan obat dapat memengaruhi roda bisnis. Ia mencontohkan beberapa perusahaan farmasi terbesar di dunia memanfaatkan kekuatan big data untuk mempercepat penemuan obat baru (time to discovery ), yakni dengan menganalis semua data pasien, penyakit, symptom/gejala, diagnosis, maupun obat-obatan yang dikonsumsi. Informasi dalam jumlah sangat besar tersebut lalu diolah untuk menghasilkan potensi penemuan obat baru.
Untuk menjawab tantangan pemilihan obat yang tepat, Denny Charlie yakin dapat memanfaatkan kekuatan big data di kemudian hari. Sejalan dengan meningkatnya pemanfaatan teknologi informasi di Indonesia, disertai dengan meningkatnya kesadaran masyarakat tentang kesehatan, akan makin banyak informasi yang bisa dikumpulkan dari sisi konsumen/pasien, gejala, diagnosis dan sebagainya yang bisa membantu ke arah ini.
Denny Charlie juga berharap industri farmasi Indonesia juga akan memprioritaskan program-program yang akan meningkatkan health awareness masyarakat. Health awareness ini dalam konteks bahwa
pencegahan penyakit akan jauh lebih penting daripada pengobatan.
Pehobi aero-modelling ini melihat potensi social media sangat besar untuk menunjang ini. Menurut statistik, pengguna social media terbesar adalah usia produktif (19-35 tahun) dan mereka biasanya mencari informasi tentang penyakit dan pengobatan ketika sedang sakit dibandingkan mencari informasi pencegahan penyakit. Ini yang menyebabkan social media di bidang healthcare menjadi kurang populer.
Nantinya, menurut Denny, akan ada paduan social media dengan teknologi Context-Aware (penggunaan context ) untuk menyediakan informasi dan layanan yang task-relevant secara interaktif antara user dan elemen ( yang berada di suatu lingkungan) melalui mobile device.
Contoh bila user meng- update status “sedang tidak sehat” di suatu aplikasi social media atau pulang rumah terlalu malam (via pendeteksian lokasi lewat GPS), aplikasi mobile akan menyarankan user untuk me minum vitamin penambah daya tahan tubuh
0 komentar: