IRVAN YASNI: BERALIH KE PROPERTI, ANDALKAN INOVASI

Lebih dari separuh masa karir Irvan Yasni di bidang TI dihabiskannya di bidang perbankan yang terkenal sangat technology intensive dan mensyaratkan service level agreement (SLA) tinggi. “Kalau bekerja di [bagian TI] bank, kita nggak pusing memikirkan yang lain-lain, hanya mikirin SLA,” cerita Irvan yang kini menduduki posisi Director, Corporate Information & Technology, PT Sinar Mas Land.
Irvan Yasni, Corporate Information & Technology, PT Sinar Mas Land. Foto: Alphons Mardjono
Seringkali, karir berbelok karena seseorang merasa kehabisan tantangan. Tetapi tak sedikit pula yang memilih beralih “lahan” karena ingin menikmati hidup.

Lebih dari separuh masa karir Irvan Yasni di bidang TI dihabiskannya di bidang perbankan yang terkenal sangat technology intensive dan mensyaratkan service level agreement (SLA) tinggi. “Kalau bekerja di [bagian TI] bank, kita nggak pusing memikirkan yang lain-lain, hanya mikirin SLA,” cerita Irvan yang kini menduduki posisi Director, Corporate Information & Technology, PT Sinar Mas Land.

Apalagi ketika bapak tiga anak ini bekerja di salah satu bank asing terkemuka. Sempat duduk sebagai Senior Project Manager di Singapura, Irvan adalah salah satu key support yang harus siap hadir setiap saat dibutuhkan. “Ketika ada yang tidak bisa diselesaikan, masalah itu dieskalasi ke saya,” paparnya lagi. Nah, ketika itu pria berdarah Minang ini harus mendukung sistem perbankan untuk 49 negara, dimulai dari Asia Pasifik sampai Amerika Latin. Terbayang ya betapa sibuknya Irvan

Yang lebih menantang adalah saat implementasi sistem baru. Tantangannya adalah green zone. “Kami boleh mematikan sistem mulai hari Minggu jam 00.00 sampai jam 06.00. Window-nya hanya 6 jam,” kata Irvan Yasni. Sementara awal minggu hingga saat eksekusi, ia dan timnya akan disibukkan dengan desain dan persiapan implementasi. “Ujung-ujungnya adalah employee never sleeps,” imbuhnya dengan nada bergurau.

Kalau lantas Irvan memilih beralih karir ke PT Sinar Mas Land, tentu bukan karena ia lelah menghadapi atau kehabisan tantangan. Justru di sini Irvan harus terbiasa berpikir lebih kreatif dan inovatif.

Memang betul, bisnis nonbank masih memberi toleransi terhadap down time dan SLA. Tetapi di sisi lain, bisnis properti ternyata menyodorkan tantangan lain bagi orang TI. “Budget terbatas, tetapi hasilnya (SLA) tinggi,” imbuhnya. Terdengar seperti tantangan yang cukup sulit juga ya? “Untungnya, perkembangan teknologi saat ini memungkinkan kami melakukan hal tersebut,” ujar praktisi TI yang keahliannya mulai dari IT blueprint development sampai cloud computing ini.

Dukungan teknologi masa kini dan kreativitas mendorong tim TI PT Sinarmas Land tidak saja membangun sistem untuk keperluan bisnis internal tetapi juga memanfaatkan peluang-peluang yang ada untuk meningkatkan revenue perusahaan.

Misalnya, sebagai langkah perdana, tim TI Sinarmas Land melakukan monetisasi terhadap sistem dan infrastruktur TI yang sudah dimiliki. “Berbasis cloud computing, kami menawarkan IT services kepada joint venture company di PT Sinarmas Land. Tentu saja, monetizing services ini tanpa mengorbankan keamanan,” ujar IT leader yang ingin menjadikan departemen TI sebagai center of excellence ini.

Selain itu, sebagai pengelola kawasan terpadu, Irvan Yasni jeli melihat lingkungan kawasan tersebut sebagai captive market bagi layanan berbasis jaringan. Tak tanggung-tanggung, menurut Irvan, tim-nya tidak hanya menawarkan triple play. “Kami akan menawarkan 16 play! Cakupannya tidak hanya memampukan orang ber-internet, bertelepon atau nonton televisi, tetapi juga mengarah pada kesehatan, aktivitas belanja, dan sebagainya, dengan memanfaatkan jaringan yang kami miliki,” imbuhnya tentang salah satu ‘PR’ sampai tahun 2016, yakni mewujudkan smart connected community.

Meski banyak ‘pekerjaan rumah’ yang harus ia kerjakan, Irvan Yasni mengaku lebih dapat menikmati hidup saat ini. Misalnya, ada waktu luang bagi penggemar otomotif ini untuk menyalurkan hobinya itu.

Ini bukan sekadar ikut-ikutan. Mengaku hobi tersebut diturunkan dari sang bunda, Irvan melihat korelasi antara otomotif dan TI, terutama dalam kaitannya dengan inovasi. Salah satunya, otomotif—terutama yang mengarah ke speed—dapat memompa adrenalin. “Kalau adrenalin naik terus, otak bisa mikir, karena orang TI itu otaknya mesti jalan terus, mesti mikir terus,” jelasnya seraya tertawa, mengakhiri wawancara.